Akhirnya rekreasi juga...
Liburan panjang akhir tahun belum rekreasi nih, padahal sang Istri udah minta terus buat jalan-jalan " Aku bosen dirumah aja" gitu katanya. Padahal sekalinya jalan-jalan itu pasti harus keluarin uang donk. Asal jalan-jalannya bermanfaat dan membuat kita refresh bagi saya gak masalah. Cuma malesnya kalo jalan-jalan jaman sekarang itu lebih cenderung ke MALL, ujung-ujungnya ya beli apa kek.... minimal ya makan di fastfood. Jalan-jalan yang kurang sehat juga.
Target adalah Air Panas Gunung Pancar, Yah, disana selain ada air panas juga karena keluarga saya belum tau alias belum pernah menyentuh daerah saya. Jaraknya gak jauh dari Jakarta. Tepatnya masih di Bogor , selatan Jakarta.
Masuk Tol Jagorawi, Lalu keluar tol di Sentul (Bayar Rp3000), itu loh tempatnya sirkuit sentul. Setelah keluar tol belok kiri lalu ke kanan arah Babakan Madang. Selanjutnya ikutin aja jalan besar sampai ketemu terminal Babakan Madang yang lumayan ramai, selain itu disuruh bayar Rp2000 (alasannya buat jalan).
Setelah bayar, jalanannya malah makin jelek dan makin menanjak. Abis itu ditengah jalan di cegat lagi sama keamanan deh buat bayar Rp2000 lagi. Belum lagi ada sedekah yang dipinggir jalan, paling ngga ya siapin aja uang 5 X @Rp1000.
Setelah ketemu warung sate, maka belok kanan. Tapi yang jelas setelah ini jalan makin terjal dan curam. Hati2 buat pengendara mobil sedan, bisa mentok terus tuh body. Naik-naik ke puncak gunung tinggi-tinggi sekali, kiri kanan kulihat saja banyak pohon cemara...Yup banyak pohon cemara yang tinggi-tinggi banget kaya di Lembang.Sampe akhirnya ketemu gerbang kaya gini dengan tarif :
Orang dewasa Rp 10.000
MObil Rp 4.000
Itung-itung abis Rp74.000 deh. Cuma begitu masuk agak gak enak juga, ternyata berenangnya itu rame-rame dan kotor banget. Jadi illfeel gitu deh kaka gue, istri gue sama nyokap jadi males mandi.
Tapi ternyata ada juga yang khusus kolam keluarga, enak banget. Cuma Rp 100.000 tapi 2 jam. Kita mandi aja bertujuh, lumayan puas kok. Kalo saran saya sih, mending ambil paket yang ini aja. Kolam nya gak begitu gede, tapi cukuplah buat ber 7. Kan mandi air panas ganti-gantian.
Wah, enak nya mandi air panas, sama keluarga... pegal hilang, pikiran jadi fresh. Hmm... jagi pengen lagi.
Baca lagi...
Selasa, Desember 30, 2008
Tips Sikat Gigi yang Baik
Dari judulnya sih keren tips sikat gigi yang baik, itu setelah saya mengalami pencabutan gigi geraham secara paksa oleh Bu Dokter Gigi Maharani. Huh... sebelum dicabut aja, takutnya udah gak ketolongan. Gara-gara gigi gue yang bolong ditambal terus bocor deh sampe ke gusi. Jadinya harus di cabut. Huh...
Ini gue kasih beberapa tips untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi. Karena kesehatan gigi itu sangat mempengaruhi syaraf kita yang lain seperti otak, telinga, jantung bahkan bisa menyebabkan stroke. Untuk yang gak mau giginya dicabut, yang gak mau sakit gigi dan yang gak mau kesehatannya tidak terjaga gara-gara gigi. Maka sebaiknya jaga deh tuh gigi loe...(gaya betawi)
Cara menggosok gigi yang baik:
1.Gosoklah seluruh permukaan gigi yang menghadap ke pipi dan lidah. Pastikan seluruh permukaan telah tergosok.
2.Untuk gigi atas gerakan sikat dari atas ke bawah (seperti mencungkil) dan sebaliknya untuk gigi bawah gerakan sikat dari bawah ke atas.
2.Gosoklah dengan lembut permukaan gusi dan lidah
3.Posisi sikat gigi kurang lebih 45 derajat di daerah perbatasan antara gigi dan gusi sehingga gusi tidak terluka.
Kemudian jangan lupa untuk menggosok gigi setelah makan. Yup cukup setelah makan saja, karena biasanya kalo abis makan pasti ada makanan yang menempel.
Jangan lupa menyikat lidah. Di dalam rongga mulut selain gigi, juga terdapat organ penting lainnya yaitu lidah. Mulut mengandung berbagai bakteri dan beberapa jenis bakteri dapat tumbuh di lidah. Pada beberapa orang, tumbuhnya bakteri tersebut menyebabkan napas berbau tak sedap. Awas nanti muntah kalo keseringan sikat lidah.
Kurangi mengkonsumsi panganan ringan. Pangan ini cukup tinggi kadar gulanya sehingga berpotensi sebagai makanan untuk pertumbuhan bakteri mulut. Dalam waktu sekitar 20 menit setelah makan panganan ringan, bakteri akan menghasilkan senyawa asam seperti asetat, format, dan laktat. yang menyerang email gigi. Ngemil berarti menambah waktu kontak senyawa asam dengan gigi sehingga memperburuk kesehatan gigi. Berkumur sehabis ngemil dapat membantu mengurangi sisa makanan dan mengencerkan zat asam di mulut. Kumur-kumur terus!!!!!!!!
Kurangi atau tinggalkan minuman bersoda. Gula di dalam minuman ringan bersoda dapat menjadi nutrisi untuk pertumbuhan bakteri di mulut, sebagaimana pada snack. Kalaupun komposisi minumannya tanpa gula, adanya asam sitrat dan fosfat hingga pH 2 ( sangat asam), dapat menggerus akar dan email gigi.Wah, mending air putih deh.
Percaya deh, cabut gigi itu beneran gak enak. Bahkan disuntiknya aja udah sakit banget. Padahal disuntik itu untuk mengurangi rasa sakit loh. Ayo sikat gigi ....
Baca lagi...
Ini gue kasih beberapa tips untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi. Karena kesehatan gigi itu sangat mempengaruhi syaraf kita yang lain seperti otak, telinga, jantung bahkan bisa menyebabkan stroke. Untuk yang gak mau giginya dicabut, yang gak mau sakit gigi dan yang gak mau kesehatannya tidak terjaga gara-gara gigi. Maka sebaiknya jaga deh tuh gigi loe...(gaya betawi)
Cara menggosok gigi yang baik:
1.Gosoklah seluruh permukaan gigi yang menghadap ke pipi dan lidah. Pastikan seluruh permukaan telah tergosok.
2.Untuk gigi atas gerakan sikat dari atas ke bawah (seperti mencungkil) dan sebaliknya untuk gigi bawah gerakan sikat dari bawah ke atas.
2.Gosoklah dengan lembut permukaan gusi dan lidah
3.Posisi sikat gigi kurang lebih 45 derajat di daerah perbatasan antara gigi dan gusi sehingga gusi tidak terluka.
Kemudian jangan lupa untuk menggosok gigi setelah makan. Yup cukup setelah makan saja, karena biasanya kalo abis makan pasti ada makanan yang menempel.
Jangan lupa menyikat lidah. Di dalam rongga mulut selain gigi, juga terdapat organ penting lainnya yaitu lidah. Mulut mengandung berbagai bakteri dan beberapa jenis bakteri dapat tumbuh di lidah. Pada beberapa orang, tumbuhnya bakteri tersebut menyebabkan napas berbau tak sedap. Awas nanti muntah kalo keseringan sikat lidah.
Kurangi mengkonsumsi panganan ringan. Pangan ini cukup tinggi kadar gulanya sehingga berpotensi sebagai makanan untuk pertumbuhan bakteri mulut. Dalam waktu sekitar 20 menit setelah makan panganan ringan, bakteri akan menghasilkan senyawa asam seperti asetat, format, dan laktat. yang menyerang email gigi. Ngemil berarti menambah waktu kontak senyawa asam dengan gigi sehingga memperburuk kesehatan gigi. Berkumur sehabis ngemil dapat membantu mengurangi sisa makanan dan mengencerkan zat asam di mulut. Kumur-kumur terus!!!!!!!!
Kurangi atau tinggalkan minuman bersoda. Gula di dalam minuman ringan bersoda dapat menjadi nutrisi untuk pertumbuhan bakteri di mulut, sebagaimana pada snack. Kalaupun komposisi minumannya tanpa gula, adanya asam sitrat dan fosfat hingga pH 2 ( sangat asam), dapat menggerus akar dan email gigi.Wah, mending air putih deh.
Percaya deh, cabut gigi itu beneran gak enak. Bahkan disuntiknya aja udah sakit banget. Padahal disuntik itu untuk mengurangi rasa sakit loh. Ayo sikat gigi ....
Baca lagi...
Selasa, Desember 23, 2008
Ingat mudamu sebelum tuamu......(bagian 3)
Masih ingat kan mengenai lima perkara yang harus kita waspadai ? Salah satunya adalah ingat mudamu sebelum tuamu. Yang intinya kita harus selalu mengingat masa muda kita sebelum kita menginjak masa tua.
Sebenarnya kapan sih dibilang muda ? dan kapan juga kita dibilang tua ? Ada yang bilang usia 50 tahun sudah dibilang tua, tapi kenyataannya masih ada tetangga yang berusia lebih dari 75 tahun. Atau kita terkadang menganggap usia 30 tahun merupakan usia yang muda, ternyata banyak juga yang tutup usia di sekitar 20-an. Jadi bagaimana kita bisa menilai kita ini tua atau muda ?
Menurut saya untuk menentukan usia tua atau muda itu tergantung dari pembanding. Karena tua atau muda itu bukan merupakan kata benda, tapi lebih tepatnya kata sifat. Masih inget gak pelajaran bahasa Indonesia, kalo kata sifat itu bisa diberi awalan paling. Alhasil, tua dan muda menjadi kata sifat. Sehingga kita bisa menentukan tua atau muda itu tergantung dari pembanding atau lawannya. Seperti contoh saya lebih tua dari anda....ups, udah ah... jadi belajar bahasa Indonesia.
Tua atau muda itu mungkin bisa dikaitkan juga dengan produktivitas, sehingga apabila kita sudah tidak produktif lagi maka bisa dikatakan tua, sebaliknya bila kita masih selalu produktif maka bisa dipastikan dikatakan tua. Agak aneh juga sih?
Kenapa juga saya membahas tua atau muda? Sebenarnya begini, diusia saya yang sekarang sebentar lagi menginjak usia 25 tahun. Ya diusia yang terkadang banyak orang menganggap masih muda, baru beranjak dewasa atau masa selepas remaja. Tapi banyak juga diusia ini yang sudah mengakhiri masa lajangnya. Dan saya salah satu yang yang termasuk berani mengakhiri masa lajang tersebut.
Dikantor pun masih lebih banyak temen-teman yang seusia saya tapi belum menikah. Entah karena belum ada yang cocok atau terkadang alasan penghasilan (padahal penghasilannya sama aja kok). Yang paling saya ingat ada perkataan teman main saya yang bilang “hallo pria beristri”, atau ada juga yang mengejek “wah, kamu gak usah beli mainan GUNDAM dulu deh, mending ngarakit lemari , maklum sudah punya istri.”
Kemudian dilingkungan keluarga pun banyak yang masih menganggap saya seorang anak kecil yang belum menikah, baru menganggap saja , toh kenyataannya mereka hadir ketika saya akad nikah. Tapi ada juga yang ketika melihat saya dengan berkata “Ehmmm, kamu sekarang dewasa ya... “ atau ada juga “tambah dewasa nih”. Sebenarnya sih bukan pengen bilang dewasa, tapi kok udah keliatan tua, gak sesuai umurnya nih.
Dan yang paling heboh adalah ketika saya bertemu temen kuliah S1 saya ketika bertemu disalah satu pernikahan teman kami “Wah, nih orang udah lain banget.... udah poster bapak-bapak nie....”. Terakhir datang dari istri dan adik ipar saya yang bilang ... “ Kok sekarang udah kaya bapak-bapak dari bentuk tubuhnya.”
Biasa deh langsung cari cermin untuk melihat kondisi tubuh sekarang ini. Wah ternyata benar, coba perhatiin. Dari muka sudah ada makin lebar, mungkin akibat setelah menikah yang segalanya menjadi lebih banyak diperhatikan termasuk makan dan kesehatan. Coba liat lehernya... Hm..... sudah agak gendut, bahkan jakun nya saja sudah mulai menghilang. Lalu ke dada, perut dan pinggul. Ternyata semuanya melebar jauh dari porsinya. Yang paling terakhir adalah timbangan yang menunjukkan angka 66 kilogram. Wah, udah naik 5 Kilo dari sebelum nikah. Padahal nikah baru 6 bulan.
Kenapa juga harus bingung, kalo ternyata saya memang enjoy untuk menikmati hidup ini. Masih bisa bahagia dalam menjalankan hidup ini, dan saya mudah-mudahan masih bisa menjalankan perintahMu dan menjauhi laranganMu disisa akhir hidup saya. Karena saya yakin bahwa usia seseorang tidak ada yang tahu. Apakah diusia sekarang ini saya cukup muda ? siapa tahu saya meninggalkan dunia ini esok hari. Atau diusia ini saya cukup tua, siapa tahu juga kalo saya mampu bertemu dengan cicit dan anak cicit ku.
Semoga....
Baca lagi...
Sebenarnya kapan sih dibilang muda ? dan kapan juga kita dibilang tua ? Ada yang bilang usia 50 tahun sudah dibilang tua, tapi kenyataannya masih ada tetangga yang berusia lebih dari 75 tahun. Atau kita terkadang menganggap usia 30 tahun merupakan usia yang muda, ternyata banyak juga yang tutup usia di sekitar 20-an. Jadi bagaimana kita bisa menilai kita ini tua atau muda ?
Menurut saya untuk menentukan usia tua atau muda itu tergantung dari pembanding. Karena tua atau muda itu bukan merupakan kata benda, tapi lebih tepatnya kata sifat. Masih inget gak pelajaran bahasa Indonesia, kalo kata sifat itu bisa diberi awalan paling. Alhasil, tua dan muda menjadi kata sifat. Sehingga kita bisa menentukan tua atau muda itu tergantung dari pembanding atau lawannya. Seperti contoh saya lebih tua dari anda....ups, udah ah... jadi belajar bahasa Indonesia.
Tua atau muda itu mungkin bisa dikaitkan juga dengan produktivitas, sehingga apabila kita sudah tidak produktif lagi maka bisa dikatakan tua, sebaliknya bila kita masih selalu produktif maka bisa dipastikan dikatakan tua. Agak aneh juga sih?
Kenapa juga saya membahas tua atau muda? Sebenarnya begini, diusia saya yang sekarang sebentar lagi menginjak usia 25 tahun. Ya diusia yang terkadang banyak orang menganggap masih muda, baru beranjak dewasa atau masa selepas remaja. Tapi banyak juga diusia ini yang sudah mengakhiri masa lajangnya. Dan saya salah satu yang yang termasuk berani mengakhiri masa lajang tersebut.
Dikantor pun masih lebih banyak temen-teman yang seusia saya tapi belum menikah. Entah karena belum ada yang cocok atau terkadang alasan penghasilan (padahal penghasilannya sama aja kok). Yang paling saya ingat ada perkataan teman main saya yang bilang “hallo pria beristri”, atau ada juga yang mengejek “wah, kamu gak usah beli mainan GUNDAM dulu deh, mending ngarakit lemari , maklum sudah punya istri.”
Kemudian dilingkungan keluarga pun banyak yang masih menganggap saya seorang anak kecil yang belum menikah, baru menganggap saja , toh kenyataannya mereka hadir ketika saya akad nikah. Tapi ada juga yang ketika melihat saya dengan berkata “Ehmmm, kamu sekarang dewasa ya... “ atau ada juga “tambah dewasa nih”. Sebenarnya sih bukan pengen bilang dewasa, tapi kok udah keliatan tua, gak sesuai umurnya nih.
Dan yang paling heboh adalah ketika saya bertemu temen kuliah S1 saya ketika bertemu disalah satu pernikahan teman kami “Wah, nih orang udah lain banget.... udah poster bapak-bapak nie....”. Terakhir datang dari istri dan adik ipar saya yang bilang ... “ Kok sekarang udah kaya bapak-bapak dari bentuk tubuhnya.”
Biasa deh langsung cari cermin untuk melihat kondisi tubuh sekarang ini. Wah ternyata benar, coba perhatiin. Dari muka sudah ada makin lebar, mungkin akibat setelah menikah yang segalanya menjadi lebih banyak diperhatikan termasuk makan dan kesehatan. Coba liat lehernya... Hm..... sudah agak gendut, bahkan jakun nya saja sudah mulai menghilang. Lalu ke dada, perut dan pinggul. Ternyata semuanya melebar jauh dari porsinya. Yang paling terakhir adalah timbangan yang menunjukkan angka 66 kilogram. Wah, udah naik 5 Kilo dari sebelum nikah. Padahal nikah baru 6 bulan.
Kenapa juga harus bingung, kalo ternyata saya memang enjoy untuk menikmati hidup ini. Masih bisa bahagia dalam menjalankan hidup ini, dan saya mudah-mudahan masih bisa menjalankan perintahMu dan menjauhi laranganMu disisa akhir hidup saya. Karena saya yakin bahwa usia seseorang tidak ada yang tahu. Apakah diusia sekarang ini saya cukup muda ? siapa tahu saya meninggalkan dunia ini esok hari. Atau diusia ini saya cukup tua, siapa tahu juga kalo saya mampu bertemu dengan cicit dan anak cicit ku.
Semoga....
Baca lagi...
Curhat
cerita
Senin, Desember 22, 2008
Perlunya Perbaikan Regulasi FWA Untuk Keseimbangan Kompetisi Telekomunikasi
Semakin berkembang pesatnya penetrasi pada pelanggan Fixed Wireless Access (FWA) membuat para penyelenggara jaringan Selullar ketar-ketir. Seperti yang diprediksikan beberapa tahun yang lalu ketika pertama kali dikeluarkannya regulasi FWA, yang akan mempu meningkatkan penetrasi dari jaringan tetap lokal atau fixed line. Malahan FWA mampu menjadi saingan utama dari bisnis telekomunikasi selullar, setelah sekian lama tidak mendapatkan saingan dan berjalan tanpa rintangan apapun.
Apalagi regulasi FWA yang mengizinkan pelanggan untuk dapat mengaktifkan handsetnya pada wilayah yang berada dalam satu wilayah kode area. Dengan begitu pelanggan merasa untung dengan menggunakan telepon tetap tapi masih bisa dibawa kemana-mana asalkan masih dalam wilayah yang satu kode area.
Layanan Fixed Wireless Access atau biasa dipanggil FWA merupakan layanan telepon untuk pelanggan yang tetap. Dahulu layanan ini dikenal dengan nama Wireless Local Loop (WLL) yang memberikan layanan telepon tanpa kabel tapi dengan peraturan seperti menggunakan kabel. Sehingga pesawat telepon nya pun hanya bisa berada ditempat itu saja, dan apabila menginginkan perpindahan tempat, maka harus disetujui oleh penyedia jaringan. Sungguh suatu yang sangat merepotkan apabila WLL ingin berpindah-pindah tempat. Berawal dari kekurangan itulah yang memunculkan ide FWA yang bisa dibawa kemana-mana. Berbeda dengan layanan mobile selullar yang tidak membatasi pergerakan pelanggannya, pada layanan FWA pergerakan pelanggannya dibatasi oleh jarak tertentu.
Teknologi GSM versus CDMA
Dari sisi teknologinya antara mobile sellular yang menggunakan teknologi GSM , pada FWA teknologi yang digunakan adalah CDMA. Tapi bukan berarti teknologi CDMA tidak mampu berbuat seperti GSM, hanya karena regulasinya yang dibuat agar memenuhi persyaratan. FWA juga menggelar jaringan didalam konfigurasi teknologi berbasis selular, dengan basestation ( BTS ) didalam area tersebut. Konfigurasi selular menyediakan spektrum yang lebih efisien karena menggunakan frekuensi reuse. Jadi perbedaan utamanya adalah pada pelanggan selular menyediakan solusi telekomunikasi untuk mobile user sedangkan FWA adalah akses network yang menyediakan wireline untuk fixed user.
Dilihat dari keterbatasan pergerakan pada layanan FWA, pastinya harus ada perbedaan regulasi antara mobile selular dan FWA. Tentu karena keterbatasan pergerakan dari FWA yang mempengaruhi harga dari penggunaan layanan FWA tersebut. Tapi dalam kenyataannya masih diperdebatkan masalah batas-batasan wilayah cakupan. Yang selama ini batasan itu masih dibatasi oleh satu kode wilayah.
Jadi seharusnya FWA berkompetisi langsung dengan wireline dan karena itu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh FWA agar bisa bersaing dengan wireline. Dalam pandangan kualitas, pelanggan FWA seharusnya menyadari bahwa sangat sulit untuk bersaing kualitas dengan wireline. Karena pada wireless mempunyai bandwidth yang sangat terbatas dan mempengaruhi kualitas seperti kecepatan pelayanan dan delay yang cukup panjang. Tidak seperti Selullar, realibility FWA haruslah sebesar 99.99%, sementara selullar sebesar 90%. Karena mobilitas yang tinggi itulah yang membuat sistem selullar didesain lebih rendah dalam hal Grade of Service (GOS).
Dari sisi ekonomi, FWA secara nyata merupakan produk yang dibangun untuk mengisi kebutuhan yang spesifik, cepat dan ekonomis, akses ke jaringan dimana infrastruktur jaringan wireline tidak mencukupi dibanyak negara berkembang. Sehingga FWA dapat menyediakan akses secara cepat tanpa awal investasi yang terlalu besar dan lama. Selain hal tadi, masalah pergerakan yang terbatas pada satu kode area saja juga yang membuat harga FWA lebih rendah dari selullar.
Dilihat dari aspek regulasi, sebenarnya pemerintah Indonesia pun sedang mengikuti regulasi FWA yang terdapat di India. Karena India merupakan negara berkembang dengan penduduk yang sangat banyak. Regulasi memainkan peranan penting di masing-masing negara yang dipengaruhi akan kebutuhan telekomunikasi negara tersebut.
Maka awalnya sangat memungkinkan dibuatnya regulasi FWA yang disambut positif oleh masyarakat luas. Seperti yang kita ketahui bahwa sebagian masyarakat Indonesia merupakan menengah kebawah yang berpenghasilan pas-pasan atau rendah. Dengan tingkat mobilitas yang rendah tapi memerlukan komunikasi yang cepat, sudah tentu FWA menjadi pilihan yang tepat disamping selullar yang dari segi harga mencapai separuhnya. Tapi meskipun begitu, pada awalnya regulasi FWA dengan mobilitas terbatas saja sudah banyak ditentang oleh para penyedia jaringan telekomunikasi selular seperti TELKOMSEL dan EXCELCOM, karena mereka menginginkan regulasi FWA yang isinya membatasi kemampuan pergerakan pelanggannya hanya dalam satu BTS saja. Tentu saja hal itu ditolak mentah-mentah oleh TELKOM sebagai first comer untuk penyelenggaraan FWA.
Ada juga hikmah dari munculnya layanan fixed wireless karena dengan itu lalu operator menurunkan tarifnya, khususnya untuk panggilan ke telepon tetap lokal. Bahkan, operator mulai memperluas zona panggilannya, terutama untuk daerah-daerah "terbelakang", selain ada diskon-diskon panggilan di tempat-tempat atau pulau tertentu.
Teguran Pemerintah
Dari uraian mengenai regulasi FWA, bisa kita lihat dengan kondisi sekarang beberapa langkah para penyedia jariangan FWA yang melanggar peraturan-peraturan yang ditetapkan. Mulai dari dibukanya roaming untuk kode area Bogor menuju Jakarta ataupun sebaliknya. Lalu sampai kehadiaran FWA yang bisa bergerak alias mampu menembus batas kode area.
Dengan ditemukannya beberapa pelanggaran dan bukti-buktinya, membuktikan bahwa masih banyak para penyelenggara jaringan telekomunikasi yang tidak berkomitmen dalam menjalankan bisnisnya. Tapi apa yang dilakukan oleh pemerintah selaku regulator dalam menghadapi para penyelenggara yang membandel. Ternyata mereka hanya menegur dan minta penjelasan dari para penyelenggara tersebut. Setelah itu berniat untuk untuk membenarkan kembali.
Seperti contoh tahun 2006 ketika para penyelenggara FWA seperti Telkom, Indosat dan Bakrie yang dipanggil oleh regulator untuk dimintai penjelasan mengenai kemampuan akses para pelanggan FWA yang melebihi batas area kode asalnya. Seperti yang terjadi di Bogor, dimana pelanggan Bogor yang memiliki pekerjaan di Jakarta dan bertempat tinggal di Bogor mampu membawa handset FWA nya baik di Jakarta maupun di Bogor dengan nomor yang sama. Sehingga mereka tidak perlu repot-repot mengganti nomor dan dengan leluasa menggunakan akses lokalnya.
Setelah pemerintah menegur dan meminta penjelasan mengenai pelanggaran tersebut barulah penyelenggara jaringan FWA melakukan pembetulan. Tapi apa hukumannya? Bisa dibilang tidak ada atau mungkin sudah disepakati win-win solusion untuk kedua belah pihak. Tentunya hanya operator selullar saja yang merasa dirugikan. Sedangkan bagi masyarakat seperti Bogor khususnya menjadi tidak mendapatkan kenyamanan lagi seperti sebelumnya.
Lalu bagaimana dengan fasilitas Combo yang ditawarkan oleh Flexi. Dengan fasilitas Combonya yang berkemampuan mirip selullar, dalam artian bisa dibawa kemana-mana. Padahal dari izin yang ada, Flexi yang merupakan produk dari PT.Telkom hanya diberi izin untuk menggelar layanan telepon tetap tanpa kabel dalam cakupan mobilitas terbatas. Dalam artian, pelanggan mestinya hanya bisa berkomunikasi dalam satu kode area saja tanpa bisa menggunakan teleponnya dikode area yang berbeda. Bila merujuk pada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2004:
Bab I Ketentuan Umum
Pasal 1 Ayat 3. Mobilitas terbatas adalah mobilitas jaringan akses pelanggan tetap lokal tanpa kabel yang dibatasi pada satu daerah tertentu.
Pasal 3 ayat 1. Wilayah layanan penyelenggara jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas dibatasi maksimum pada satu kode area layanan jaringan tetap lokal.
Pasal 4 ayat 1. Penyelanggara jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas dilarang membuka fasilitas jelajah antar kode wilayah layanan yang berbeda.
Pasal 4 ayat 2. Setiap nomor pelanggan hanya dapat terdaftar pada satu daerah operasional dan tidak dapat digunakan diluar daerah operasinya.
Dari peraturan yang ada membuktikan bahwa layanan Flexi Combo memang menyalahi aturan yang ditetapkan. Seperti yang tercantum dalam pasal 4 ayat 1 dan 2. Seharusnya nomor-nomor FWA yang hanya terdaftar di satu kode area tidak bisa digunakan di daerah yang berbeda. Sehingga tidak ada fasilitas apapun untuk pelayanan FWA tersebut.
Dalam suatu inovasi yang memang kontroversial, para penyelenggara telekomunikasi jeli melihat kelemahan regulasi pada KM Perhubungan Nomor 35 Tahun 2004. Tapi tetap berpedoman dan berpegangan pada regulasi. Dengan tidak harus mengganti kartu, dan hanya mendaftarkan lewat sms maupun fasilitas lain. Maka hadirlah layanan FWA antarkota yang fleksibel dan bisa digunakan dikotadan kode area mana saja layaknya selullar dengan memakai nomor yang berbeda-beda secara temporer tapi mampu kembali lagi menggunakan nomor induk ketika kembali ke kota asal.
Namun demikian, kontroversi dan polemik akan layanan tersebut tetap mencuat. Maka dipanggillah para direksi BUMN telekomunikasi itu untuk dimintai keterangan. Awalnya, mereka bersikukuh tak ada pelanggaran. Karena yang mereka lakukan hanyalah feature dariFWA. Ya, dengan berdalih menggunakan nomor yang berbeda dan juga berbeda kode area, maka penggunaan layanan Flexi Combo menjadi kekuatan untuk mengalahkan kelemahan dari PM Nomor 34 Tahun 2004.
Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia yang melakukan investigasi akhirnya menemukan sejumlah penyimpangan, seperti adanya tiga nomor aktif sekaligus dalam satu waktu dan di luar kode area nomor induk. Lainnya, aktivasi call forwarding hanya bisa dilakukan di satu kode area.
Kemudian BRTI melayangkan surat tanggal 7 November 2006 kepada tiga operator secara bersamaan: PT Telkom (Flexi), PT Indosat (StarOne) dan PT Bakrie Telecom (Esia) yang menindaklanjuti teguran pertama BRTI soal pelanggaran yang dilakukan para operator FWA tersebut terhadap KM. 35/2004. Keputusan BRTI dalam surat yang ditandatangani Dirjen Postel selaku Ketua BRTI tersebut, memutuskan tiga hal. Pertama, BRTI menginstruksikan kepada para operator FWA tersebut untuk memberikan layanan sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku yaitu KM. 35/2004 tentang Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal Tanpa Kabel dengan Mobilitas Terbatas. Kedua, kepada ketiganya diberikan waktu hingga 1 Desember 2006 untuk melakukan perubahan-perubahan terkait dengan pelanggaran wilayah layanan penyelenggaraan jaringan telepon tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas yang dibatasi maksimum hanya pada satu kode area layanan jaringan tetap lokal saja. Dan Ketiga, apabila hingga batas waktu tanggal tersebut perubahan belum dilakukan menyeluruh, maka layanan FWA yang ada harus dihentikan sampai aturan dan ketentuan yang berlaku pada KM.35/2004 dipenuhi.
Surat Keputusan BRTI tertanggal tersebut adalah merupakan surat lanjutan setelah sebelumnya pada tanggal 10 Mei 2006 BRTI mengeluarkan surat teguran kepada tiga operator penyelenggara fixed wireless access (FWA) terkait dengan pelanggaran mobilitas terbatas sebagaimana telah diatur dalam KM Menteri Pehubungan No. 35/2004.
Surat teguran (pertama) dikeluarkan, berdasarkan atas hasil peninjauan yang telah dilakukan oleh BRTI di area Jakarta, Bandung dan Surabaya. Peninjauan dilakukan untuk mengetahui implementasi coverage area limited mobility dimana ditemukenali bahwa layanan ke tiga operator FWA tersebut ternyata masih bisa digunakan dengan baik (untuk melakukan panggilan outgoing atau incoming) di luar masing-masing kode area (021 untuk Jakarta, 022 untuk Bandung, 031 untuk Surabaya).
BRTI menyatakan bahwa mereka telah melakukan pelanggaran atas Keputusan Menteri Perhubungan No. 35 Tahun 2004 dimana dalam Bab II Pasal 3 disebutkan bahwa wilayah layanan penyelenggaraan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas dibatasi maksimum pada satu kode area layanan jaringan tetap lokal. BRTI meminta mereka untuk segera melaksanakan tindakan-tindakan (teknis dan non teknis) yang diperlukan agar coverage area layanan masing-masing operator sesuai dengan KM 35/2004.
Telkom pun akhirnya mengakui kesalahan tersebut dan berjanji akan memperbaikinya. Setelah melakukan perbaikan yang beranggapan bahwa kini nomor yang aktif hanya satu saja, dengan demikian apabila pelanggan Flexi melakukan berpergian ke luar kota dan melakukan aktifasi Combonya dengan kode area yang berbeda, maka nomor induknya sudah bisa dipastikan tidak akan aktif. Sehingga layanan ini tetap menjadi faktor yang paling penting di FWA yang selama ini hanya bisa dipakai didaerah dengan kode area yang sama.
Namun di luar itu semua, lagi – lagi dengan berdalih sudah mengoreksi kesalahannya . Yang berarti para penyedia jaringan FWA sudah mengakui kesalahannya tapi tetap saja tidak ada hukuman bagi para pelanggar. Yang ada layanan tersebut tetap diperkenankan pemerintah untuk jalan terus. Karena, layanan tersebut bukanlah seluler dan tidak memiliki kemampuan roaming. Layanan juga diakui sebagai bentuk inovasi di bidang telekomunikasi.
Dalam layanan FlexiCombo, setelah mendapatkan nomor temporer di kota tujuan, pelanggan tetap bisa menerima panggilan telepon ke nomor kota asal karena ada fasilitas call forwarding. Pelanggan tersebut akan dikenai biaya untuk penerusan panggilan (call forwarding) saat menerima panggilan.
Memang, banyak keluhan tentang mahalnya tarif penerusan panggilan bila dibandingkan penerimaan panggilan biasa pada SLJJ (sambungan langsung jarak jauh). Serta, masalah penggunaan nomor temporer yang belum optimal dan sinyal yang masih belum begitu lancar.
Namun, bagi pengguna yang hanya menggunakan satu nomor layanan Flexi dan hanya punya satu ponsel berkemampuan CDMA, layanan tersebut bisa jadi sangat bermanfaat. Terlepas dari itu semua, laku atau tidaknya inovasi layanan tersebut, berpulang lagi pada pelanggan. Yang pasti, Telkom sudah diuntungkan sejak awal karena mendapatkan publikasi gratis gara-gara fenomena dan kontroversinya.
Minat Operator GSM Untuk Layanan FWA
Maka sudah menjadi hal yang tidak aneh lagi dengan kondisi sekarang dan memang sudah diprediksikan sebelumnya persaingan layanan fixed wireless access (FWA) berbasis teknologi Code Multiple Division Access (CDMA) di Indonesia semakin ketat. Setelah PT Telkom sebagai pelopor pemasaran FWA dengan TelkomFLEXI nya, Bakrie Telecom dengan Esia, Indosat yang muncul lagi dengan StarONE yang sempat menghilang, kini Mobile8 mengeluarkan produk FWA nya dengan brand Hepi, setelah sekian lama tertunda.
Sebelum Hepi, Mobile8 padahal sudah terlebih dahulu mengeluarkan produk layanan Mobile Selullar dengan brand FREN. Dengan begitu Mobile8 mengikuti jejak dari PT.Indosat yang mengeluarkan dua layanan pada mobile selular dan FWA. Kedua produk tersebut yaitu FREN dan HEPI yang menggunakan teknologi berbasis CDMA, sehingga dari sisi investasi jaringannya akan menjadi lebih murah karena menggunakan sistem yang sama. Berbeda dengan Indosat yang menggunakan sistem GSM dan CDMA untuk kedua layanan yang berbeda. Maka pada investasi Hepi, Mobile8 tidak perlu berinvestasi terlalu besar. Hal yang sempat terfikir oleh para operator selular besar di Indonesia seperti Telkomsel, EXCEL yang tahun lalu berteriak-teriak tentang kecurangan penyelanggara FWA dalam menyelenggarakan jaringannya. Bahkan tahun lalu EXCEL dan raksasa operator telekomunikasi selullar di Indonesia yaitu Telkomsel juga sudah melakukan riset pasar dan juga survey tempat dibeberapa kota besar.
Lalu apa yang menjadi alasan utama bagi Mobile8 untuk mengeluarkan layanan FWA nya, padahal perusahaan tersebut sudah mempunyai brand mobile selullar dengan nama FREN. Masalah penetrasi telekomunikasi di Indonesia yang masih rendah dan potensi pasar yang lebih banyak dimiliki oleh masyarakat kelas menengah kebawah mungkin menjadi jawaban yang pas. Apalagi adanya perbedaan tarif yang sangat signifikan antara pelanggan mobile selullar dan FWA.
Hal inilah yang membuat para penyedia jaringan selular ingin juga mengeluarkan produk FWA nya, meskipun berkemampuan teknologi GSM. Mereka berpendapat dengan produk FWA tentunya mampu menjaring dan mendapatkan pelanggan yang lebih banyak lagi dengan orientasi menengah kebawah. Contoh yang paling nyata dengan kehadiran produk Hepi yang dikeluarkan oleh Mobile8, yang sebelumnya sebagai penyedia jaringan telekomunikasi selular sekarang mengeluarkan produk FWA nya.
Para penyedia jaringan selular beranggapan adanya diskriminasi yang sangat jauh antara penyedia jaringan selular dan penyedia jaringan FWA. Padahal dengan kemampuan yang hampir sama, dalam artian mampu bergerak ke kota-kota lain yang mempuanyai kode area yang berbeda. Para penyedia jaringan selular merasa pemerintah selaku regulator lebih memihak kepada penyelenggara FWA.
Peraturan Yang Perlu di Perbaiki
Belum juga berusia yang cukup lama bagi regulasi FWA hadir di Indonesia, tapi sudah banyak para penyedia jaringan telekomunikasi FWA yang melanggar peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan. Apalagi untuk penyelenggara jaringan selullar yang sudah cukup lama dan juga sering melanggar peraturan. Tapi tidak ada hukuman-hukuman yang jelas dari pemerintah. Yang ada hanya berupa teguran saja.
Dari kejadian tersebut membuktikan bahwa dalam menjalankan regulasinya, pemerintah seperti terlihat kurang bertaji menghadapi para penyelenggara jaringan telekomunikasi yang melanggar peraturan. Yang ada, pemerintah seperti menegur para penyedia jaringan telekomunikasi yang melanggar peraturan dan berkoar-koar didepan para wartawan. Namun setelah beberapa hari dan setelah para penyedia jaringan melakukan koreksi atas kesalahannya, sepertinya pemerintah tidak memberikan hukuman kepada para penyedia jaringan yang melanggar. Ada apa dibalik itu semua ?
Bisa jadi untuk kedepannya, mungkin diperlukan juga hukuman apa bagi yang melanggar peraturan yang sudah ditetapkan. Sehingga peraturan-peraturan tersebut menjadi sangat jelas. Jadi apabila para penyedia jaringan telekomunikasi melanggar aturan, maka hukuman yang diberikan juga jelas, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan –kecurigaan pihak lain.
Sementara untuk regulasi FWA yang banyak juga mempunyai celah untuk disalahgunakan, sepertinya dibutuhkan juga regulasi FWA yang baru. Ini terkait dengan tidak ada batasan lagi untuk penggunaan produk FWA yang dikeluarkan. Seakan-akan produk FWA nya tidak lagi berbeda dengan mobile selular, karena semua para pelanggan pengguna FWA masih bisa membawa handsetnya ke kota lain meskipun berbeda-beda kode area. Para penyedia jaringan selular juga merasa ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah karena lebih memihak kepada penyedia jaringan FWA. Sehingga banyak dari para penyedia jaringan selular yang ingin mengeluarkan produk FWA nya walaupun memakai teknologi GSM.
Jadi perlunya perubahan pada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2004, agar para penyedia jaringan FWA tidak memanfaatkan celah untuk dilanggar. Beberapa perubahannya yaitu :
Pada pasal 3 ayat 1.
Wilayah layanan penyelenggara Jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas dibatasi maksimum pada tiga kode area layanan jaringan lokal pada waktu yang bersamaan.
Dengan begitu pada pelanggan FWA hanya dibatasi mempunyai tiga nomor dengan kode area yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Sehingga tiga nomor tersebut hanya mampu aktif di tiga kode area. Apabila masuk ke kota selain tiga kode area tersebut tidak bisa aktif.
Pasal 4 ayat 1.
Penyelenggara jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas hanya boleh membuka fasilitas jelajah antar tiga kode wilayah layanan berbeda yang didaftarkan sebelumnya. Selain tiga kode area tersebut maka tidak bisa aktif.
Pasal 4 ayat 2.
Setiap nomor pelanggan hanya terdaftar pada satu daerah operasional dan tidak dapat digunakan diluar daerah operasional, begitu pula dengan dua nomor lainnya hanya bisa digunakan sesuai dengan kode areanya.
Alhasil meskipun memiliki tiga nomor dengan kode area berbeda, tapi nomor – nomor tersebut hanya boleh aktif ketika berada pada kode area nya.
Disamping itu, pembayaran BHP frekuensi untuk FWA juga seharusnya tidak lagi dibedakan dengan para pengguna frekuensi untuk mobile selular. Biaya BHP untuk selular memang tigabelas kali lebih mahal daripada biaya BHP untuk FWA, sehingga wajar apabila penyedia jaringan selular iri dengan kemampuan FWA yang sangat mobile. Seperti yang kita tahu bahwa meskipun terjadi perang tarif antara penyedia jaringan telekomunikasi tapi sesungguhnya yang ada hanya perang marketing. Karena biaya BHP juga sangat mempengaruhi tarif on-net (untuk penyedia jaringan yang sama),Tapi tarif yang ditawarkan pun hanya tarif promo dan bersifat sementara untuk menarik pelanggan atau menambah penetrasi pelanggan.
Selain itu diperlukan juga perubahan pada Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 19 Tahun 2005 pada Lampiran I. Perubahan yang utama adalah pada biaya pendudukan dan pemancaran frekuensi untuk teknologi CDMA disamakan. Baik yang menggunakan regulasi selular maupun untuk regulasi FWA, baik yang mobilitas terbatas, maupun yang menggunakan fixed terminal. Karena meskipun menggunakan fixed terminal, pada kenyataannya banyak dari pelanggan yang membawa kemana-mana fixed terminal tersebut. Jadi seperti tidak ada bedanya antara FWA yang mobilitas terbatas dengan yang FWA terminal tetap. Nilai besaran Indeks biaya pendudukan dan pemancaran frekuensi lebih besar dari yang Jaringan selular TDMA karena dengan menggunakan teknologi CDMA maka lebih efisien dari sisi penyebaran frekuensi.
Jadi tidak ada alasan lagi bagi pemerintah untuk tidak mengeluarkan peraturan terbaru untuk FWA yang setidaknya mampu membuat para penyedia jaringan selular tidak lagi iri. Peraturan yang mana membuat para penyedia jaringan baik selullar maupun FWA tidak saling merasa dianaktirikan. Dan juga membuat para penyedia jaringan selular seperti EXCELCOM dan TELKOMSEL yang tidak lagi ingin mengeluarkan produk FWA.
Mungkin yang paling mudah adalah dengan diterapkannya era konvergensi telekomunikasi. Dimana sudah tidak dibedakan lagi antara layanan FWA dan layanan mobile selular, sehingga semua pelanggan telekomunikasi akan memiliki numbering atau penomoran dengan jenis layanan yang sama. Jadi tidak diperlukan perbedaan layanan antara teknologi yang satu dengan yang lainnya. Alhasil akan menciptakan kompetisi telekomunikasi yang baik dan fair baik dari sisi penyedia jaringan maupun sampai ke sisi end-user atau pelanggan.
Bima Indra Gunawan
Mahasiswa Megister Manajemen Telekomunikasi
Universitas Indonesia
Baca lagi...
Apalagi regulasi FWA yang mengizinkan pelanggan untuk dapat mengaktifkan handsetnya pada wilayah yang berada dalam satu wilayah kode area. Dengan begitu pelanggan merasa untung dengan menggunakan telepon tetap tapi masih bisa dibawa kemana-mana asalkan masih dalam wilayah yang satu kode area.
Layanan Fixed Wireless Access atau biasa dipanggil FWA merupakan layanan telepon untuk pelanggan yang tetap. Dahulu layanan ini dikenal dengan nama Wireless Local Loop (WLL) yang memberikan layanan telepon tanpa kabel tapi dengan peraturan seperti menggunakan kabel. Sehingga pesawat telepon nya pun hanya bisa berada ditempat itu saja, dan apabila menginginkan perpindahan tempat, maka harus disetujui oleh penyedia jaringan. Sungguh suatu yang sangat merepotkan apabila WLL ingin berpindah-pindah tempat. Berawal dari kekurangan itulah yang memunculkan ide FWA yang bisa dibawa kemana-mana. Berbeda dengan layanan mobile selullar yang tidak membatasi pergerakan pelanggannya, pada layanan FWA pergerakan pelanggannya dibatasi oleh jarak tertentu.
Teknologi GSM versus CDMA
Dari sisi teknologinya antara mobile sellular yang menggunakan teknologi GSM , pada FWA teknologi yang digunakan adalah CDMA. Tapi bukan berarti teknologi CDMA tidak mampu berbuat seperti GSM, hanya karena regulasinya yang dibuat agar memenuhi persyaratan. FWA juga menggelar jaringan didalam konfigurasi teknologi berbasis selular, dengan basestation ( BTS ) didalam area tersebut. Konfigurasi selular menyediakan spektrum yang lebih efisien karena menggunakan frekuensi reuse. Jadi perbedaan utamanya adalah pada pelanggan selular menyediakan solusi telekomunikasi untuk mobile user sedangkan FWA adalah akses network yang menyediakan wireline untuk fixed user.
Dilihat dari keterbatasan pergerakan pada layanan FWA, pastinya harus ada perbedaan regulasi antara mobile selular dan FWA. Tentu karena keterbatasan pergerakan dari FWA yang mempengaruhi harga dari penggunaan layanan FWA tersebut. Tapi dalam kenyataannya masih diperdebatkan masalah batas-batasan wilayah cakupan. Yang selama ini batasan itu masih dibatasi oleh satu kode wilayah.
Jadi seharusnya FWA berkompetisi langsung dengan wireline dan karena itu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh FWA agar bisa bersaing dengan wireline. Dalam pandangan kualitas, pelanggan FWA seharusnya menyadari bahwa sangat sulit untuk bersaing kualitas dengan wireline. Karena pada wireless mempunyai bandwidth yang sangat terbatas dan mempengaruhi kualitas seperti kecepatan pelayanan dan delay yang cukup panjang. Tidak seperti Selullar, realibility FWA haruslah sebesar 99.99%, sementara selullar sebesar 90%. Karena mobilitas yang tinggi itulah yang membuat sistem selullar didesain lebih rendah dalam hal Grade of Service (GOS).
Dari sisi ekonomi, FWA secara nyata merupakan produk yang dibangun untuk mengisi kebutuhan yang spesifik, cepat dan ekonomis, akses ke jaringan dimana infrastruktur jaringan wireline tidak mencukupi dibanyak negara berkembang. Sehingga FWA dapat menyediakan akses secara cepat tanpa awal investasi yang terlalu besar dan lama. Selain hal tadi, masalah pergerakan yang terbatas pada satu kode area saja juga yang membuat harga FWA lebih rendah dari selullar.
Dilihat dari aspek regulasi, sebenarnya pemerintah Indonesia pun sedang mengikuti regulasi FWA yang terdapat di India. Karena India merupakan negara berkembang dengan penduduk yang sangat banyak. Regulasi memainkan peranan penting di masing-masing negara yang dipengaruhi akan kebutuhan telekomunikasi negara tersebut.
Maka awalnya sangat memungkinkan dibuatnya regulasi FWA yang disambut positif oleh masyarakat luas. Seperti yang kita ketahui bahwa sebagian masyarakat Indonesia merupakan menengah kebawah yang berpenghasilan pas-pasan atau rendah. Dengan tingkat mobilitas yang rendah tapi memerlukan komunikasi yang cepat, sudah tentu FWA menjadi pilihan yang tepat disamping selullar yang dari segi harga mencapai separuhnya. Tapi meskipun begitu, pada awalnya regulasi FWA dengan mobilitas terbatas saja sudah banyak ditentang oleh para penyedia jaringan telekomunikasi selular seperti TELKOMSEL dan EXCELCOM, karena mereka menginginkan regulasi FWA yang isinya membatasi kemampuan pergerakan pelanggannya hanya dalam satu BTS saja. Tentu saja hal itu ditolak mentah-mentah oleh TELKOM sebagai first comer untuk penyelenggaraan FWA.
Ada juga hikmah dari munculnya layanan fixed wireless karena dengan itu lalu operator menurunkan tarifnya, khususnya untuk panggilan ke telepon tetap lokal. Bahkan, operator mulai memperluas zona panggilannya, terutama untuk daerah-daerah "terbelakang", selain ada diskon-diskon panggilan di tempat-tempat atau pulau tertentu.
Teguran Pemerintah
Dari uraian mengenai regulasi FWA, bisa kita lihat dengan kondisi sekarang beberapa langkah para penyedia jariangan FWA yang melanggar peraturan-peraturan yang ditetapkan. Mulai dari dibukanya roaming untuk kode area Bogor menuju Jakarta ataupun sebaliknya. Lalu sampai kehadiaran FWA yang bisa bergerak alias mampu menembus batas kode area.
Dengan ditemukannya beberapa pelanggaran dan bukti-buktinya, membuktikan bahwa masih banyak para penyelenggara jaringan telekomunikasi yang tidak berkomitmen dalam menjalankan bisnisnya. Tapi apa yang dilakukan oleh pemerintah selaku regulator dalam menghadapi para penyelenggara yang membandel. Ternyata mereka hanya menegur dan minta penjelasan dari para penyelenggara tersebut. Setelah itu berniat untuk untuk membenarkan kembali.
Seperti contoh tahun 2006 ketika para penyelenggara FWA seperti Telkom, Indosat dan Bakrie yang dipanggil oleh regulator untuk dimintai penjelasan mengenai kemampuan akses para pelanggan FWA yang melebihi batas area kode asalnya. Seperti yang terjadi di Bogor, dimana pelanggan Bogor yang memiliki pekerjaan di Jakarta dan bertempat tinggal di Bogor mampu membawa handset FWA nya baik di Jakarta maupun di Bogor dengan nomor yang sama. Sehingga mereka tidak perlu repot-repot mengganti nomor dan dengan leluasa menggunakan akses lokalnya.
Setelah pemerintah menegur dan meminta penjelasan mengenai pelanggaran tersebut barulah penyelenggara jaringan FWA melakukan pembetulan. Tapi apa hukumannya? Bisa dibilang tidak ada atau mungkin sudah disepakati win-win solusion untuk kedua belah pihak. Tentunya hanya operator selullar saja yang merasa dirugikan. Sedangkan bagi masyarakat seperti Bogor khususnya menjadi tidak mendapatkan kenyamanan lagi seperti sebelumnya.
Lalu bagaimana dengan fasilitas Combo yang ditawarkan oleh Flexi. Dengan fasilitas Combonya yang berkemampuan mirip selullar, dalam artian bisa dibawa kemana-mana. Padahal dari izin yang ada, Flexi yang merupakan produk dari PT.Telkom hanya diberi izin untuk menggelar layanan telepon tetap tanpa kabel dalam cakupan mobilitas terbatas. Dalam artian, pelanggan mestinya hanya bisa berkomunikasi dalam satu kode area saja tanpa bisa menggunakan teleponnya dikode area yang berbeda. Bila merujuk pada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2004:
Bab I Ketentuan Umum
Pasal 1 Ayat 3. Mobilitas terbatas adalah mobilitas jaringan akses pelanggan tetap lokal tanpa kabel yang dibatasi pada satu daerah tertentu.
Pasal 3 ayat 1. Wilayah layanan penyelenggara jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas dibatasi maksimum pada satu kode area layanan jaringan tetap lokal.
Pasal 4 ayat 1. Penyelanggara jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas dilarang membuka fasilitas jelajah antar kode wilayah layanan yang berbeda.
Pasal 4 ayat 2. Setiap nomor pelanggan hanya dapat terdaftar pada satu daerah operasional dan tidak dapat digunakan diluar daerah operasinya.
Dari peraturan yang ada membuktikan bahwa layanan Flexi Combo memang menyalahi aturan yang ditetapkan. Seperti yang tercantum dalam pasal 4 ayat 1 dan 2. Seharusnya nomor-nomor FWA yang hanya terdaftar di satu kode area tidak bisa digunakan di daerah yang berbeda. Sehingga tidak ada fasilitas apapun untuk pelayanan FWA tersebut.
Dalam suatu inovasi yang memang kontroversial, para penyelenggara telekomunikasi jeli melihat kelemahan regulasi pada KM Perhubungan Nomor 35 Tahun 2004. Tapi tetap berpedoman dan berpegangan pada regulasi. Dengan tidak harus mengganti kartu, dan hanya mendaftarkan lewat sms maupun fasilitas lain. Maka hadirlah layanan FWA antarkota yang fleksibel dan bisa digunakan dikotadan kode area mana saja layaknya selullar dengan memakai nomor yang berbeda-beda secara temporer tapi mampu kembali lagi menggunakan nomor induk ketika kembali ke kota asal.
Namun demikian, kontroversi dan polemik akan layanan tersebut tetap mencuat. Maka dipanggillah para direksi BUMN telekomunikasi itu untuk dimintai keterangan. Awalnya, mereka bersikukuh tak ada pelanggaran. Karena yang mereka lakukan hanyalah feature dariFWA. Ya, dengan berdalih menggunakan nomor yang berbeda dan juga berbeda kode area, maka penggunaan layanan Flexi Combo menjadi kekuatan untuk mengalahkan kelemahan dari PM Nomor 34 Tahun 2004.
Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia yang melakukan investigasi akhirnya menemukan sejumlah penyimpangan, seperti adanya tiga nomor aktif sekaligus dalam satu waktu dan di luar kode area nomor induk. Lainnya, aktivasi call forwarding hanya bisa dilakukan di satu kode area.
Kemudian BRTI melayangkan surat tanggal 7 November 2006 kepada tiga operator secara bersamaan: PT Telkom (Flexi), PT Indosat (StarOne) dan PT Bakrie Telecom (Esia) yang menindaklanjuti teguran pertama BRTI soal pelanggaran yang dilakukan para operator FWA tersebut terhadap KM. 35/2004. Keputusan BRTI dalam surat yang ditandatangani Dirjen Postel selaku Ketua BRTI tersebut, memutuskan tiga hal. Pertama, BRTI menginstruksikan kepada para operator FWA tersebut untuk memberikan layanan sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku yaitu KM. 35/2004 tentang Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal Tanpa Kabel dengan Mobilitas Terbatas. Kedua, kepada ketiganya diberikan waktu hingga 1 Desember 2006 untuk melakukan perubahan-perubahan terkait dengan pelanggaran wilayah layanan penyelenggaraan jaringan telepon tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas yang dibatasi maksimum hanya pada satu kode area layanan jaringan tetap lokal saja. Dan Ketiga, apabila hingga batas waktu tanggal tersebut perubahan belum dilakukan menyeluruh, maka layanan FWA yang ada harus dihentikan sampai aturan dan ketentuan yang berlaku pada KM.35/2004 dipenuhi.
Surat Keputusan BRTI tertanggal tersebut adalah merupakan surat lanjutan setelah sebelumnya pada tanggal 10 Mei 2006 BRTI mengeluarkan surat teguran kepada tiga operator penyelenggara fixed wireless access (FWA) terkait dengan pelanggaran mobilitas terbatas sebagaimana telah diatur dalam KM Menteri Pehubungan No. 35/2004.
Surat teguran (pertama) dikeluarkan, berdasarkan atas hasil peninjauan yang telah dilakukan oleh BRTI di area Jakarta, Bandung dan Surabaya. Peninjauan dilakukan untuk mengetahui implementasi coverage area limited mobility dimana ditemukenali bahwa layanan ke tiga operator FWA tersebut ternyata masih bisa digunakan dengan baik (untuk melakukan panggilan outgoing atau incoming) di luar masing-masing kode area (021 untuk Jakarta, 022 untuk Bandung, 031 untuk Surabaya).
BRTI menyatakan bahwa mereka telah melakukan pelanggaran atas Keputusan Menteri Perhubungan No. 35 Tahun 2004 dimana dalam Bab II Pasal 3 disebutkan bahwa wilayah layanan penyelenggaraan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas dibatasi maksimum pada satu kode area layanan jaringan tetap lokal. BRTI meminta mereka untuk segera melaksanakan tindakan-tindakan (teknis dan non teknis) yang diperlukan agar coverage area layanan masing-masing operator sesuai dengan KM 35/2004.
Telkom pun akhirnya mengakui kesalahan tersebut dan berjanji akan memperbaikinya. Setelah melakukan perbaikan yang beranggapan bahwa kini nomor yang aktif hanya satu saja, dengan demikian apabila pelanggan Flexi melakukan berpergian ke luar kota dan melakukan aktifasi Combonya dengan kode area yang berbeda, maka nomor induknya sudah bisa dipastikan tidak akan aktif. Sehingga layanan ini tetap menjadi faktor yang paling penting di FWA yang selama ini hanya bisa dipakai didaerah dengan kode area yang sama.
Namun di luar itu semua, lagi – lagi dengan berdalih sudah mengoreksi kesalahannya . Yang berarti para penyedia jaringan FWA sudah mengakui kesalahannya tapi tetap saja tidak ada hukuman bagi para pelanggar. Yang ada layanan tersebut tetap diperkenankan pemerintah untuk jalan terus. Karena, layanan tersebut bukanlah seluler dan tidak memiliki kemampuan roaming. Layanan juga diakui sebagai bentuk inovasi di bidang telekomunikasi.
Dalam layanan FlexiCombo, setelah mendapatkan nomor temporer di kota tujuan, pelanggan tetap bisa menerima panggilan telepon ke nomor kota asal karena ada fasilitas call forwarding. Pelanggan tersebut akan dikenai biaya untuk penerusan panggilan (call forwarding) saat menerima panggilan.
Memang, banyak keluhan tentang mahalnya tarif penerusan panggilan bila dibandingkan penerimaan panggilan biasa pada SLJJ (sambungan langsung jarak jauh). Serta, masalah penggunaan nomor temporer yang belum optimal dan sinyal yang masih belum begitu lancar.
Namun, bagi pengguna yang hanya menggunakan satu nomor layanan Flexi dan hanya punya satu ponsel berkemampuan CDMA, layanan tersebut bisa jadi sangat bermanfaat. Terlepas dari itu semua, laku atau tidaknya inovasi layanan tersebut, berpulang lagi pada pelanggan. Yang pasti, Telkom sudah diuntungkan sejak awal karena mendapatkan publikasi gratis gara-gara fenomena dan kontroversinya.
Minat Operator GSM Untuk Layanan FWA
Maka sudah menjadi hal yang tidak aneh lagi dengan kondisi sekarang dan memang sudah diprediksikan sebelumnya persaingan layanan fixed wireless access (FWA) berbasis teknologi Code Multiple Division Access (CDMA) di Indonesia semakin ketat. Setelah PT Telkom sebagai pelopor pemasaran FWA dengan TelkomFLEXI nya, Bakrie Telecom dengan Esia, Indosat yang muncul lagi dengan StarONE yang sempat menghilang, kini Mobile8 mengeluarkan produk FWA nya dengan brand Hepi, setelah sekian lama tertunda.
Sebelum Hepi, Mobile8 padahal sudah terlebih dahulu mengeluarkan produk layanan Mobile Selullar dengan brand FREN. Dengan begitu Mobile8 mengikuti jejak dari PT.Indosat yang mengeluarkan dua layanan pada mobile selular dan FWA. Kedua produk tersebut yaitu FREN dan HEPI yang menggunakan teknologi berbasis CDMA, sehingga dari sisi investasi jaringannya akan menjadi lebih murah karena menggunakan sistem yang sama. Berbeda dengan Indosat yang menggunakan sistem GSM dan CDMA untuk kedua layanan yang berbeda. Maka pada investasi Hepi, Mobile8 tidak perlu berinvestasi terlalu besar. Hal yang sempat terfikir oleh para operator selular besar di Indonesia seperti Telkomsel, EXCEL yang tahun lalu berteriak-teriak tentang kecurangan penyelanggara FWA dalam menyelenggarakan jaringannya. Bahkan tahun lalu EXCEL dan raksasa operator telekomunikasi selullar di Indonesia yaitu Telkomsel juga sudah melakukan riset pasar dan juga survey tempat dibeberapa kota besar.
Lalu apa yang menjadi alasan utama bagi Mobile8 untuk mengeluarkan layanan FWA nya, padahal perusahaan tersebut sudah mempunyai brand mobile selullar dengan nama FREN. Masalah penetrasi telekomunikasi di Indonesia yang masih rendah dan potensi pasar yang lebih banyak dimiliki oleh masyarakat kelas menengah kebawah mungkin menjadi jawaban yang pas. Apalagi adanya perbedaan tarif yang sangat signifikan antara pelanggan mobile selullar dan FWA.
Hal inilah yang membuat para penyedia jaringan selular ingin juga mengeluarkan produk FWA nya, meskipun berkemampuan teknologi GSM. Mereka berpendapat dengan produk FWA tentunya mampu menjaring dan mendapatkan pelanggan yang lebih banyak lagi dengan orientasi menengah kebawah. Contoh yang paling nyata dengan kehadiran produk Hepi yang dikeluarkan oleh Mobile8, yang sebelumnya sebagai penyedia jaringan telekomunikasi selular sekarang mengeluarkan produk FWA nya.
Para penyedia jaringan selular beranggapan adanya diskriminasi yang sangat jauh antara penyedia jaringan selular dan penyedia jaringan FWA. Padahal dengan kemampuan yang hampir sama, dalam artian mampu bergerak ke kota-kota lain yang mempuanyai kode area yang berbeda. Para penyedia jaringan selular merasa pemerintah selaku regulator lebih memihak kepada penyelenggara FWA.
Peraturan Yang Perlu di Perbaiki
Belum juga berusia yang cukup lama bagi regulasi FWA hadir di Indonesia, tapi sudah banyak para penyedia jaringan telekomunikasi FWA yang melanggar peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan. Apalagi untuk penyelenggara jaringan selullar yang sudah cukup lama dan juga sering melanggar peraturan. Tapi tidak ada hukuman-hukuman yang jelas dari pemerintah. Yang ada hanya berupa teguran saja.
Dari kejadian tersebut membuktikan bahwa dalam menjalankan regulasinya, pemerintah seperti terlihat kurang bertaji menghadapi para penyelenggara jaringan telekomunikasi yang melanggar peraturan. Yang ada, pemerintah seperti menegur para penyedia jaringan telekomunikasi yang melanggar peraturan dan berkoar-koar didepan para wartawan. Namun setelah beberapa hari dan setelah para penyedia jaringan melakukan koreksi atas kesalahannya, sepertinya pemerintah tidak memberikan hukuman kepada para penyedia jaringan yang melanggar. Ada apa dibalik itu semua ?
Bisa jadi untuk kedepannya, mungkin diperlukan juga hukuman apa bagi yang melanggar peraturan yang sudah ditetapkan. Sehingga peraturan-peraturan tersebut menjadi sangat jelas. Jadi apabila para penyedia jaringan telekomunikasi melanggar aturan, maka hukuman yang diberikan juga jelas, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan –kecurigaan pihak lain.
Sementara untuk regulasi FWA yang banyak juga mempunyai celah untuk disalahgunakan, sepertinya dibutuhkan juga regulasi FWA yang baru. Ini terkait dengan tidak ada batasan lagi untuk penggunaan produk FWA yang dikeluarkan. Seakan-akan produk FWA nya tidak lagi berbeda dengan mobile selular, karena semua para pelanggan pengguna FWA masih bisa membawa handsetnya ke kota lain meskipun berbeda-beda kode area. Para penyedia jaringan selular juga merasa ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah karena lebih memihak kepada penyedia jaringan FWA. Sehingga banyak dari para penyedia jaringan selular yang ingin mengeluarkan produk FWA nya walaupun memakai teknologi GSM.
Jadi perlunya perubahan pada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2004, agar para penyedia jaringan FWA tidak memanfaatkan celah untuk dilanggar. Beberapa perubahannya yaitu :
Pada pasal 3 ayat 1.
Wilayah layanan penyelenggara Jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas dibatasi maksimum pada tiga kode area layanan jaringan lokal pada waktu yang bersamaan.
Dengan begitu pada pelanggan FWA hanya dibatasi mempunyai tiga nomor dengan kode area yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Sehingga tiga nomor tersebut hanya mampu aktif di tiga kode area. Apabila masuk ke kota selain tiga kode area tersebut tidak bisa aktif.
Pasal 4 ayat 1.
Penyelenggara jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas hanya boleh membuka fasilitas jelajah antar tiga kode wilayah layanan berbeda yang didaftarkan sebelumnya. Selain tiga kode area tersebut maka tidak bisa aktif.
Pasal 4 ayat 2.
Setiap nomor pelanggan hanya terdaftar pada satu daerah operasional dan tidak dapat digunakan diluar daerah operasional, begitu pula dengan dua nomor lainnya hanya bisa digunakan sesuai dengan kode areanya.
Alhasil meskipun memiliki tiga nomor dengan kode area berbeda, tapi nomor – nomor tersebut hanya boleh aktif ketika berada pada kode area nya.
Disamping itu, pembayaran BHP frekuensi untuk FWA juga seharusnya tidak lagi dibedakan dengan para pengguna frekuensi untuk mobile selular. Biaya BHP untuk selular memang tigabelas kali lebih mahal daripada biaya BHP untuk FWA, sehingga wajar apabila penyedia jaringan selular iri dengan kemampuan FWA yang sangat mobile. Seperti yang kita tahu bahwa meskipun terjadi perang tarif antara penyedia jaringan telekomunikasi tapi sesungguhnya yang ada hanya perang marketing. Karena biaya BHP juga sangat mempengaruhi tarif on-net (untuk penyedia jaringan yang sama),Tapi tarif yang ditawarkan pun hanya tarif promo dan bersifat sementara untuk menarik pelanggan atau menambah penetrasi pelanggan.
Selain itu diperlukan juga perubahan pada Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 19 Tahun 2005 pada Lampiran I. Perubahan yang utama adalah pada biaya pendudukan dan pemancaran frekuensi untuk teknologi CDMA disamakan. Baik yang menggunakan regulasi selular maupun untuk regulasi FWA, baik yang mobilitas terbatas, maupun yang menggunakan fixed terminal. Karena meskipun menggunakan fixed terminal, pada kenyataannya banyak dari pelanggan yang membawa kemana-mana fixed terminal tersebut. Jadi seperti tidak ada bedanya antara FWA yang mobilitas terbatas dengan yang FWA terminal tetap. Nilai besaran Indeks biaya pendudukan dan pemancaran frekuensi lebih besar dari yang Jaringan selular TDMA karena dengan menggunakan teknologi CDMA maka lebih efisien dari sisi penyebaran frekuensi.
Jadi tidak ada alasan lagi bagi pemerintah untuk tidak mengeluarkan peraturan terbaru untuk FWA yang setidaknya mampu membuat para penyedia jaringan selular tidak lagi iri. Peraturan yang mana membuat para penyedia jaringan baik selullar maupun FWA tidak saling merasa dianaktirikan. Dan juga membuat para penyedia jaringan selular seperti EXCELCOM dan TELKOMSEL yang tidak lagi ingin mengeluarkan produk FWA.
Mungkin yang paling mudah adalah dengan diterapkannya era konvergensi telekomunikasi. Dimana sudah tidak dibedakan lagi antara layanan FWA dan layanan mobile selular, sehingga semua pelanggan telekomunikasi akan memiliki numbering atau penomoran dengan jenis layanan yang sama. Jadi tidak diperlukan perbedaan layanan antara teknologi yang satu dengan yang lainnya. Alhasil akan menciptakan kompetisi telekomunikasi yang baik dan fair baik dari sisi penyedia jaringan maupun sampai ke sisi end-user atau pelanggan.
Bima Indra Gunawan
Mahasiswa Megister Manajemen Telekomunikasi
Universitas Indonesia
Baca lagi...
Curhat
Telekomunikasi
Kamis, Desember 18, 2008
WiMAX Yang Siap Menjegal 3G
3rd Generation Service atau yang lebih dikenal dengan layanan 3G adalah kelanjutan dari layanan telekomunikasi bergerak sebelumnya yaitu layanan 1G dan layanan 2G. Dimana pada generasi pertama ini digunakan teknologi analog seperti AMPS, TACS dan NMT .Selanjutnya generasi kedua yang ingin memanfaatkan pembagian spektrum frekuensi lahirlah teknologi GSM dan Digital-AMPS yang kemudian berubah menjadi teknologi CDMA yang berkembang pesat di Jepang, Korea dan Amerika.
Justru pada generasi kedualah perkembangan telekomunikasi bergerak semakin maju. Bahkan berdasarkan riset perusahaan asal asal Inggris yang bernama The Mobile World menunjukkan bahwa jumlah pengguna telekomunikasi bergerak mencapai 3,25 Miliar pelanggan. Sebuah angka yang menakjubkan untuk teknologi yang baru berusia tidak lebih dari 20 tahun.
Karena tidak puas dengan teknologi layanan 2G, maka hadirlah layanan 3G yang diklaim sebagai generasi terbaru telekomunikasi selular. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, 3G unggul dalam hal kecepatan transfer data bergerak. Karena peningkatan bandwitdh yang besar inilah yang diyakini akan muncul berbagai jenis layanan multimedia yang membutuhkan bandwitdh yang besar seperti video streaming, game online , lagu MP3, video conference , dan lain sebagainya. Potensi inilah yang terlihat cukup besar, terutama pada awal kehadiran 3G jumlah pelanggan 2G telah mencapai 1,5 Miliar pada tahun 2002 yang bisa mempresentasikan besarnya potensi pelanggan 3G di seluruh dunia. Bisa dipastikan, bahwa banyak pengamat telekomunikasi yang memprediksikan seluruh pelanggan layanan 2G akan pindah ke layanan 3G, berarti bisnis 3G menjadi sangat menjanjikan. Tapi apa yang terjadi sekarang ?
Masa Depan 3G
“Menggunakan video call menjadi tidak enak karena gambar yang patah-patah” kata seorang teman yang menggunakan salah satu fitur layanan 3G. “Selain kualitas kurang dan belum seluruh area bisa menggunakan 3G, harganya juga sangat mahal” komentar teman kuliah saya. Dan yang paling membuat saya geleng kepala adalah komentar beberapa teman “bagaimana sih mengaktifkan layanan 3G, kok susah banget!! tiap ganti handphone selalu saja butuh pengaturan yang diubah-ubah” Itulah komentar sempat saya baca dan mendengar dari orang lain mengenai kualitas 3G sebagai layanan generasi terbaru yang lebih dari tiga tahun melayani penduduk Indonesia. Apa memang tidak menunjang antara kualitas dan harga yang diberikan ? atau memang diperlukan layanan untuk generasi yang baru ini.
Bisa jadi komentar tersebut merupakan masa depan untuk investasi 3G. Sampai sekarang pun banyak para pengamat yang mengatakan bahwa investasi layanan 3G merupakan investasi yang gagal. Apalagi sebentar lagi akan ada investasi untuk layanan 4G atau layanan Generasi ke empat yang akan diwakili oleh WiMAX. Seberapa hebatkah layanan WiMAX ? Akankah kembali gagal ? Layanan 3G saja yang dahulu digadang-gadangkan sangat hebat ternyata banyak mendapatkan kendala.
Layanan WiMAX
WiMAX memang masih belum populer di Indonesia dibandingkan dengan Wi-Fi (Wireless Fidelity). Namun sebagai salah satu negara pemegang lisensi Wimax (Worldwide Interoperability Mobile Access), Indonesia memiliki wewenang menerapkan teknologi telekomunikasi ini pada operator-operator seluler yang memiliki kesiapan baik secara kesiapan secara infrastruktur maupun kesiapan operational-maintanance. Akses broadband nirkabel Wimax diharapkan mampu memberikan angin segar di tengah-tengah persaingan industri telekomunikasi dan kebutuhan pasar.
WiMax adalah alternatif teknologi yang sangat prospektif untuk menggelar BWA (Broadband Wireless Access ) atau yang lebih dikenal dengan koneksi internet dengan kapasitas yang besar. WiMax merupakan satu varian teknologi wireless yang memungkinkan transmisi pita lebar hingga 70 Mbps dengan jangkauan sekitar 50 kilometer. Teknologi ini merupakan pengembangan dari teknologi Wi-Fi (wireless fidelity) baik dalam kapasitas transmisi maupun daya jangkau.
Wi-Fi pada frekuensi 2.4 GHz telah dibebaskan penggunaannya. Seperti kita saksikan saat ini, penggunaan pemancar 2.4 GHz sudah marak di Indonesia terutama untuk keperluan Warung Internet (Warnet) dan Komunitas (RT/RW Net), juga perusahaan kecil & menengah, dan dunia pendidikan. Titik-titik hotspot di beberapa kota besar di Indonesia (di mall, ruang tunggu bandara, hotel, tempat makan, taman, masjid, dan kompleks perumahan) mulai menjamur dengan akses berbayar maupun tidak. Semua itu memanfaatkan teknologi Wi-Fi.
Teknologi WiMAX dapat meng-cover area sekitar 50 km dimana ratusan pengguna akan dishare sinyal dan kanal untuk transmisi data sampai 155 Mbps. Pada aplikasi mobile, user WiMAX layaknya menggunakan terminal WiFi seperti: notebook, PDA, dan smartphone. Pemanfaatan WiMAX sama dengan pemanfaatan WiFi. Sebuah terminal dapat mendeteksi jaringan WiMAX dan WiFi sehingga user akan semakin dimudahkan karena bisa memilih WiMAX broadband untuk jaringan WiMAX atau wireless hotspot untuk jaringan WiFi atau Wireless LAN.
WiFi – 3 G - WiMAX
WiFi merupakan jaringan komunikasi nirkabel melalui komputer LAN. Jangkauannya terbatas pada area tertentu sehingga disebut hotspot. Layanan yang diberikan bisa variatif, layaknya aplikasi LAN seperti: email, internet, intranet, messaging, music atau video streaming, dan layanan IP base lainnya. Apabila WiFi dikombinasikan implementasinya dengan WiMAX maka jelas akan mempercepat dan memperluas penggunaannya, lebih secure karena bisa menjadi QoS (Quality of Service), lebih reliable, dan kaya akan layanan baru. Sinergi antara WiMAX dengan seluler menggabungkan jaringan kabel dan wireless, layanan dan terminal. Secara umum, konsep konvergensi pada telekomunikasi mencakup 3 aspek, yaitu: device, service, dan jaringan.
Secara umum WiMAX diperkenalkan sebagai akses yang menawarkan solusi multi-access, sebagai contoh: WiMAX untuk melengkapi jaringan yang sudah eksis (2G/3G dan Wifi). Munculnya WiMAX otomatis akan menimbulkan persaingan dengan pengusung 3G. Layanan 3G merupakan layanan komunikasi bergerak yang menjanjikan peningkakan bandwith hingga 384 Kbps ketika diakses dalam keadaan bergerak dengan kecepatan rendah sementara untuk di kendaraan bergerak kecepatannya 128 Kbps dan sampai 2 Mbps dalam keadaan diam. Teknologi 3G berbasis GSM (WCDMA) dan CDMA (CDMA 2000). Dengan demikian keunggulan Wimax adalah dari kecepatannya dan layanan yang lebih menarik dibanding 3G. Namun, dari kemampuan mobilitynya 3G masih lebih unggul karena menggunakan node B yang tentu saja bisa mencakup yang lebih luas. Jika keunggulan mobilitas WiMax dan Wi-Fi bisa ditingkatkan lebih awal, maka mereka bisa menjadi pesaing tangguh bagi kelangsungan hidup 3G.
Regulasi dan Kesiapan Operator WiMAX
Bagi negara produsen teknologi, lahirnya produk-produk baru berarti memberikan harapan baru untuk meningkatkan kemakmuran. Bagaimana pengaruhnya pada Indonesia tercinta? Akankah tercipta lapangan kerja baru karena munculnya pabrik baru? ataukah akan muncul perusahaan asing baru dengan manajer asing baru?, atau sekedar importir baru yang mengimpor barang 100% jadi ? ataukah bahkan importir lama tetap berjaya tanpa ada tambahan lowongan kerja? Sehingga yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin dan pengangguran tetap tidak berubah.
Pemerintah melalui Depkominfo berharap operator WiMAX memakai perangkat lokal. Kandungan perangkat WiMAX lokal tampaknya menjadi menu wajib bagi operator bila ingin ikut menyelenggarakan jaringan nirkabel pita lebar tersebut ke dalam negeri. Bahkan Depkominfo memberi blok-blok frekuensi untuk alokasi WiMAX hanya kepada pemenang tender USO (Universal Service Obligation) , yaitu proyek untuk telepon pedesaan agar perkembangan telekomunikasi di negara ini menjadi merata di seluruh Indonesia.
Dengan adanya regulasi tersebut sudah banyak pula beberapa perusahaan nasional yang sudah melakukan kerjasama dengan perusahaan asing untuk menciptakan komponen untuk layanan WiMAX. Komponen WiMAX sendiri terdiri dari chipset, plain circuit board (PCB), Base Station serta perangkat Microcell dan Macrocell. Berarti semakin banyak ruang lingkup dari komponen WiMAX yang bisa dihasilkan di negeri sendiri. Berarti itu sangat bermanfaat untuk momentum lahirnya produk baru sebagai peluang membuka lapangan kerja baru, bagaimana memanfaatkan potensi pasar domestik yang besar ini sebagai bargaining-power untuk “memaksa” pabrikasi dalam negeri, dan seterusnya.
Investasi 3G memang baru saja dimulai, tapi akankah Wimax mendapatkan kebebasan untuk bersaing menawarkan layanannya. Seberapa banyak calon pelanggan yang kira-kira memerlukan koneksi Internet yang mobile? Bagaimana nasib operator 3G bila ditambah Wimax. berapa calon customer dibagi berapa operator?
Apapun yang akan terjadi, setidaknya Pemerintah sebagai regulator akan mendapat beban tugas baru yaitu menyusun regulasi terkait alokasi band frekuensi baru dan bagaimana menjamin kesehatan kompetisi usaha. Sepertinya masih banyak juga pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah untuk menciptakan regulasi yang kondusif.
Nasib WiMAX seperti 3G
Meskipun WiMAX belum luncur di Indonesia, tapi apakah WiMAX sendiri sudah siap untuk menggantikan layanan 3G atau malah saling bersinergi. Sekarang saja sudah muncul terminal-devices ( Handphone, PDA, Laptop) dengan banyak pilihan yang tersedia, demikian pula dengan infrastruktur jaringan yang support untuk teknologi WiFi maupun WiMAX sudah pula siap disediakan oleh banyak operator telekomunikasi.
Dengan kesiapan itu apakah layanan generasi 4 mampu menarik minat konsumen ? Atau malah bernasib sama seperti 3G ? Itulah yang menarik untuk diprediksikan. Sepertinya kita perlu menengok kembali kebelakang, ketika layanan 3G akan muncul, dan banyak prediksi yang memperkirakan bahwa layanan ini akan booming atau setidaknya menyamai rekor jumlah pelanggan 2G. Ketika penyelenggara layanan 2G siap untuk bermigrasi ke layanan 3G maka sudah banyak pelanggan yang siap bahkan rela membeli perangkat terminal seperti handphone untuk mengakses layanan 3G meskipun layanannya belum tersedia. Yang lebih menghebohkan pada tahun 2004 pelanggan 3G di Asia jumlahnya mencapai 10.5 juta pelanggan. Tapi apa yang terjadi sekarang ? Meskipun salah satu operator terbesar di Indonesia mengklaim memiliki pelanggan 3G sebanyak 4 juta pelanggan, tapi pendapatan dari layanan 3 G hanya mencapai sekitar kurang dari 10 %. Pendapatan yang lain lebih berasal dari voice dan sms.
Lalu buat apa penyelenggaraan 3G apabila penggunaanya dan pendapatannya tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk biaya investasi jaringan dan pembelian spektrum frekuensi yang biayanya mencapai ratusan miliar.
Sebenarnya apa yang menyebabkan pelanggan layanan 3G tidak begitu banyak ? Apakah karena harga akses jaringan 3G yang mahal atau karena masih kurang banyaknya konten yang tersedia. Harga untuk akses 3G memang tergolong mahal, kendati pada awal kehadirannya atau selama masa promosi memberikan tarif yang gratis tapi sekarang tarif yang ada cenderung sangat mahal apabila dibandingkan dengan kualitas yang ada. Selain itu bisa dilihat dari banyaknya konten yang ada, pastinya konten yang berasal dari luar sudah sangat banyak dan menunjang. Tapi dari sisi harga dan akses internet keluar negara yang memang jauh maka bisa dipastikan harganyapun sangat mahal.
Apa memang karena konten yang sedikit atau karena harga akses yang masih mahal?
Seharusnya operator WiMAX harus bisa belajar dari pengalaman penyelenggaraan layanan 3G. Meskipun layanan ini berbeda, tapi setidaknya hampir menyerupai untuk kapasitas dan kecepatan akses data. Layanan 3G memang memiliki kecepatan akses data yang sangat cepat tapi apa yang akan diakses dan mau kemana mengakses, masih menjadi pertanyaan besar di benak pelanggan. Di era informasi ini, di tengah masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society) ini, ketersediaan informasi dan sumber pengetahuan semestinya merupakan kebutuhan primer yang mutlak harus ada. Semakin banyak tersedia server content domestik, semakin banyak pilihan sumber informasi, maka semakin besar kemungkinan orang meng-akses-nya, semakin tinggi trafik komunikasi, semakin banyak diperlukan saluran menuju server, sehingga semakin berkurang beban persaingan bisnis saluran di antara operator.
Setidaknya dengan konten yang memang berasal dari domestik maka bisa dipastikan bahwa konten yang diakses akan murah, belum lagi bila semakin banyak dan beragamnya ketersediaan konten yang mampu membuat persaingan antar konten semakin sengit dan tentunya menurunkan harga konten.
Memilih 3G atau WiMAX
Jaringan 3G saat ini merupakan jaringan telepon selular yang siap untuk melayani transfer data ( Data over Voice network ) dengan GPRS, EDGE atau HSDPA dan HSUPA-nya. Sedangkan WiMAX sebagai jaringan “selular PC” juga sudah siap untuk melayani percakapan ( Voice over IP/Data network ). Apapun jenis terminal di sisi pelanggan, apakah itu sebuah Laptop, PDA, atau pun Handphone, semuanya bisa dilengkapi dengan interface teknologi WiFi, WiMAX, modem HSDPA, atau sekedar modem CDMA/GSM biasa untuk bisa menelepon dan/atau mengakses internet. Ini berarti bahwa persaingan di dalam bisnis terminal-devices ini akan berlangsung biasa-biasa saja dan berkisar pada tiga jenis terminal yaitu Handphone, PDA, dan Laptop yang secara alamiah sudah terkelompok kelas harganya. Pertanyaannya: nyamankah mengakses Internet menggunakan sebuah handphone? Atau, nyamankah menelepon menggunakan sebuah laptop? Bagaimana pula bila melakukan keduanya menggunakan PDA? Tentunya selera dan daya beli pelanggan yang paling menentukan semaraknya bisnis terminal-devices ini.
Persaingan yang mungkin lebih seru adalah dalam bisnis sewa saluran atau infrastruktur jaringan. Untuk apa pelanggan menyewa saluran atau dalam kata lain, layanan apa yang diminta pelanggan? Voice atau Data? Menelepon atau akses Internet?
Jaringan 3G menawarkan layanan komunikasi voice yang sangat baik karena jaringan ini memang dirancang untuk melayani voice ( percakapan lewat telepon ) dengan sejarahnya yang lebih dari 100 tahun. Sedangkan untuk layanan data, kecepatan akses yang saat ini mampu disediakan adalah hingga cuma sekitar 6 Mbps. Sebaliknya, WiMAX mampu menyediakan saluran dengan kecepatan data hingga 40 Mbps dan layanan percakapan VoIP yang kualitasnya tidak akan menyamai percakapan melalui jaringan telepon, terutama pada kondisi trafik padat. Jaringan telepon sudah menjadi standarisasi kualitas percakapannya, sedangkan VoIP masih dalam studi dan uji kualitas dari berbagai pihak penelitian. Bila bandwidth terbatas dan trafik tinggi, maka suara yang dihasilkan oleh VoIP akan mengalami putus-putus. Kesimpulannya, 3G memang lebih baik untuk menelepon tapi kurang cepat dan nyaman untuk akses Internet, sedangkan WiMAX memang lebih baik untuk akses Internet, tapi bisa kurang baik untuk menelepon. Apabila kedua produk teknologi ini diterapkan di kawasan kota/metropolitan secara berdampingan, maka akan terjadi persaingan yang sangat seru dalam perebutan pelanggan karena keduanya menawarkan jasa layanan yang sama, yaitu voice dan data.
Saat ini konsumen memang menikmati layanan koneksi internet dengan kapasitas besar seperti WiFi yang berada di kantor, di kampus maupun pusat aktifitas seperti mall. Tapi apakah konsumen memang akan menggunakan koneksi internet dengan kapasitas besar yang benar-benar mobile? Setidaknya kita tidak perlu berada dilingkungan yang terdapat layanan WiFi untuk koneksi internet dengan kapasitas besar, cukup dirumah atau dijalan kita bisa melakukan koneksi internet dengan kapasitas besar asalkan tersedia layanan WiMAX. Yang perlu dikaji adalah jangan-jangan konsumen memang hanya butuh koneksi internet kapasitas besar pada waktu-waktu tertentu dan pada tempat-tempat tertentu saja. Mungkin saja konsumen belum membutuhkan internet dengan kapasitas besar disegala tempat. Sedangkan untuk koneksi internet dengan kapasitas kecil bisa menggunakan layanan 3G.
Sehingga semua itu kembali kepada konsumen selaku pengguna teknologi. Ada beberapa yang merasa enjoy untuk menggunakan 3G tapi ada pula yang merasa WiMAX lebih terasa manfaatnya untuk berbagai aktivitas. Sepertinya masih banyak yang harus dilakukan untuk menguji kelayakan investasi untuk WiMAX. Setidaknya agar investasi ini tidak menjadi sia-sia layaknya investasi pada geneasi sebelumnya.
Ikhtisar
1. Perlu Regulasi untuk mendukung kompetisi WiMAX yang kondusif
2. WiMAX bisa bernasib seperti 3G
3. Layanan 3G cocok untuk telepon sedangkan WiMAX lebih cocok koneksi internet
4. Butuh studi kelayakan investasi WiMAX
Bima Indra Gunawan
0706173490
Manajemen Telekomunikasi
Fakultas Teknik Elektro
Baca lagi...
Justru pada generasi kedualah perkembangan telekomunikasi bergerak semakin maju. Bahkan berdasarkan riset perusahaan asal asal Inggris yang bernama The Mobile World menunjukkan bahwa jumlah pengguna telekomunikasi bergerak mencapai 3,25 Miliar pelanggan. Sebuah angka yang menakjubkan untuk teknologi yang baru berusia tidak lebih dari 20 tahun.
Karena tidak puas dengan teknologi layanan 2G, maka hadirlah layanan 3G yang diklaim sebagai generasi terbaru telekomunikasi selular. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, 3G unggul dalam hal kecepatan transfer data bergerak. Karena peningkatan bandwitdh yang besar inilah yang diyakini akan muncul berbagai jenis layanan multimedia yang membutuhkan bandwitdh yang besar seperti video streaming, game online , lagu MP3, video conference , dan lain sebagainya. Potensi inilah yang terlihat cukup besar, terutama pada awal kehadiran 3G jumlah pelanggan 2G telah mencapai 1,5 Miliar pada tahun 2002 yang bisa mempresentasikan besarnya potensi pelanggan 3G di seluruh dunia. Bisa dipastikan, bahwa banyak pengamat telekomunikasi yang memprediksikan seluruh pelanggan layanan 2G akan pindah ke layanan 3G, berarti bisnis 3G menjadi sangat menjanjikan. Tapi apa yang terjadi sekarang ?
Masa Depan 3G
“Menggunakan video call menjadi tidak enak karena gambar yang patah-patah” kata seorang teman yang menggunakan salah satu fitur layanan 3G. “Selain kualitas kurang dan belum seluruh area bisa menggunakan 3G, harganya juga sangat mahal” komentar teman kuliah saya. Dan yang paling membuat saya geleng kepala adalah komentar beberapa teman “bagaimana sih mengaktifkan layanan 3G, kok susah banget!! tiap ganti handphone selalu saja butuh pengaturan yang diubah-ubah” Itulah komentar sempat saya baca dan mendengar dari orang lain mengenai kualitas 3G sebagai layanan generasi terbaru yang lebih dari tiga tahun melayani penduduk Indonesia. Apa memang tidak menunjang antara kualitas dan harga yang diberikan ? atau memang diperlukan layanan untuk generasi yang baru ini.
Bisa jadi komentar tersebut merupakan masa depan untuk investasi 3G. Sampai sekarang pun banyak para pengamat yang mengatakan bahwa investasi layanan 3G merupakan investasi yang gagal. Apalagi sebentar lagi akan ada investasi untuk layanan 4G atau layanan Generasi ke empat yang akan diwakili oleh WiMAX. Seberapa hebatkah layanan WiMAX ? Akankah kembali gagal ? Layanan 3G saja yang dahulu digadang-gadangkan sangat hebat ternyata banyak mendapatkan kendala.
Layanan WiMAX
WiMAX memang masih belum populer di Indonesia dibandingkan dengan Wi-Fi (Wireless Fidelity). Namun sebagai salah satu negara pemegang lisensi Wimax (Worldwide Interoperability Mobile Access), Indonesia memiliki wewenang menerapkan teknologi telekomunikasi ini pada operator-operator seluler yang memiliki kesiapan baik secara kesiapan secara infrastruktur maupun kesiapan operational-maintanance. Akses broadband nirkabel Wimax diharapkan mampu memberikan angin segar di tengah-tengah persaingan industri telekomunikasi dan kebutuhan pasar.
WiMax adalah alternatif teknologi yang sangat prospektif untuk menggelar BWA (Broadband Wireless Access ) atau yang lebih dikenal dengan koneksi internet dengan kapasitas yang besar. WiMax merupakan satu varian teknologi wireless yang memungkinkan transmisi pita lebar hingga 70 Mbps dengan jangkauan sekitar 50 kilometer. Teknologi ini merupakan pengembangan dari teknologi Wi-Fi (wireless fidelity) baik dalam kapasitas transmisi maupun daya jangkau.
Wi-Fi pada frekuensi 2.4 GHz telah dibebaskan penggunaannya. Seperti kita saksikan saat ini, penggunaan pemancar 2.4 GHz sudah marak di Indonesia terutama untuk keperluan Warung Internet (Warnet) dan Komunitas (RT/RW Net), juga perusahaan kecil & menengah, dan dunia pendidikan. Titik-titik hotspot di beberapa kota besar di Indonesia (di mall, ruang tunggu bandara, hotel, tempat makan, taman, masjid, dan kompleks perumahan) mulai menjamur dengan akses berbayar maupun tidak. Semua itu memanfaatkan teknologi Wi-Fi.
Teknologi WiMAX dapat meng-cover area sekitar 50 km dimana ratusan pengguna akan dishare sinyal dan kanal untuk transmisi data sampai 155 Mbps. Pada aplikasi mobile, user WiMAX layaknya menggunakan terminal WiFi seperti: notebook, PDA, dan smartphone. Pemanfaatan WiMAX sama dengan pemanfaatan WiFi. Sebuah terminal dapat mendeteksi jaringan WiMAX dan WiFi sehingga user akan semakin dimudahkan karena bisa memilih WiMAX broadband untuk jaringan WiMAX atau wireless hotspot untuk jaringan WiFi atau Wireless LAN.
WiFi – 3 G - WiMAX
WiFi merupakan jaringan komunikasi nirkabel melalui komputer LAN. Jangkauannya terbatas pada area tertentu sehingga disebut hotspot. Layanan yang diberikan bisa variatif, layaknya aplikasi LAN seperti: email, internet, intranet, messaging, music atau video streaming, dan layanan IP base lainnya. Apabila WiFi dikombinasikan implementasinya dengan WiMAX maka jelas akan mempercepat dan memperluas penggunaannya, lebih secure karena bisa menjadi QoS (Quality of Service), lebih reliable, dan kaya akan layanan baru. Sinergi antara WiMAX dengan seluler menggabungkan jaringan kabel dan wireless, layanan dan terminal. Secara umum, konsep konvergensi pada telekomunikasi mencakup 3 aspek, yaitu: device, service, dan jaringan.
Secara umum WiMAX diperkenalkan sebagai akses yang menawarkan solusi multi-access, sebagai contoh: WiMAX untuk melengkapi jaringan yang sudah eksis (2G/3G dan Wifi). Munculnya WiMAX otomatis akan menimbulkan persaingan dengan pengusung 3G. Layanan 3G merupakan layanan komunikasi bergerak yang menjanjikan peningkakan bandwith hingga 384 Kbps ketika diakses dalam keadaan bergerak dengan kecepatan rendah sementara untuk di kendaraan bergerak kecepatannya 128 Kbps dan sampai 2 Mbps dalam keadaan diam. Teknologi 3G berbasis GSM (WCDMA) dan CDMA (CDMA 2000). Dengan demikian keunggulan Wimax adalah dari kecepatannya dan layanan yang lebih menarik dibanding 3G. Namun, dari kemampuan mobilitynya 3G masih lebih unggul karena menggunakan node B yang tentu saja bisa mencakup yang lebih luas. Jika keunggulan mobilitas WiMax dan Wi-Fi bisa ditingkatkan lebih awal, maka mereka bisa menjadi pesaing tangguh bagi kelangsungan hidup 3G.
Regulasi dan Kesiapan Operator WiMAX
Bagi negara produsen teknologi, lahirnya produk-produk baru berarti memberikan harapan baru untuk meningkatkan kemakmuran. Bagaimana pengaruhnya pada Indonesia tercinta? Akankah tercipta lapangan kerja baru karena munculnya pabrik baru? ataukah akan muncul perusahaan asing baru dengan manajer asing baru?, atau sekedar importir baru yang mengimpor barang 100% jadi ? ataukah bahkan importir lama tetap berjaya tanpa ada tambahan lowongan kerja? Sehingga yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin dan pengangguran tetap tidak berubah.
Pemerintah melalui Depkominfo berharap operator WiMAX memakai perangkat lokal. Kandungan perangkat WiMAX lokal tampaknya menjadi menu wajib bagi operator bila ingin ikut menyelenggarakan jaringan nirkabel pita lebar tersebut ke dalam negeri. Bahkan Depkominfo memberi blok-blok frekuensi untuk alokasi WiMAX hanya kepada pemenang tender USO (Universal Service Obligation) , yaitu proyek untuk telepon pedesaan agar perkembangan telekomunikasi di negara ini menjadi merata di seluruh Indonesia.
Dengan adanya regulasi tersebut sudah banyak pula beberapa perusahaan nasional yang sudah melakukan kerjasama dengan perusahaan asing untuk menciptakan komponen untuk layanan WiMAX. Komponen WiMAX sendiri terdiri dari chipset, plain circuit board (PCB), Base Station serta perangkat Microcell dan Macrocell. Berarti semakin banyak ruang lingkup dari komponen WiMAX yang bisa dihasilkan di negeri sendiri. Berarti itu sangat bermanfaat untuk momentum lahirnya produk baru sebagai peluang membuka lapangan kerja baru, bagaimana memanfaatkan potensi pasar domestik yang besar ini sebagai bargaining-power untuk “memaksa” pabrikasi dalam negeri, dan seterusnya.
Investasi 3G memang baru saja dimulai, tapi akankah Wimax mendapatkan kebebasan untuk bersaing menawarkan layanannya. Seberapa banyak calon pelanggan yang kira-kira memerlukan koneksi Internet yang mobile? Bagaimana nasib operator 3G bila ditambah Wimax. berapa calon customer dibagi berapa operator?
Apapun yang akan terjadi, setidaknya Pemerintah sebagai regulator akan mendapat beban tugas baru yaitu menyusun regulasi terkait alokasi band frekuensi baru dan bagaimana menjamin kesehatan kompetisi usaha. Sepertinya masih banyak juga pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah untuk menciptakan regulasi yang kondusif.
Nasib WiMAX seperti 3G
Meskipun WiMAX belum luncur di Indonesia, tapi apakah WiMAX sendiri sudah siap untuk menggantikan layanan 3G atau malah saling bersinergi. Sekarang saja sudah muncul terminal-devices ( Handphone, PDA, Laptop) dengan banyak pilihan yang tersedia, demikian pula dengan infrastruktur jaringan yang support untuk teknologi WiFi maupun WiMAX sudah pula siap disediakan oleh banyak operator telekomunikasi.
Dengan kesiapan itu apakah layanan generasi 4 mampu menarik minat konsumen ? Atau malah bernasib sama seperti 3G ? Itulah yang menarik untuk diprediksikan. Sepertinya kita perlu menengok kembali kebelakang, ketika layanan 3G akan muncul, dan banyak prediksi yang memperkirakan bahwa layanan ini akan booming atau setidaknya menyamai rekor jumlah pelanggan 2G. Ketika penyelenggara layanan 2G siap untuk bermigrasi ke layanan 3G maka sudah banyak pelanggan yang siap bahkan rela membeli perangkat terminal seperti handphone untuk mengakses layanan 3G meskipun layanannya belum tersedia. Yang lebih menghebohkan pada tahun 2004 pelanggan 3G di Asia jumlahnya mencapai 10.5 juta pelanggan. Tapi apa yang terjadi sekarang ? Meskipun salah satu operator terbesar di Indonesia mengklaim memiliki pelanggan 3G sebanyak 4 juta pelanggan, tapi pendapatan dari layanan 3 G hanya mencapai sekitar kurang dari 10 %. Pendapatan yang lain lebih berasal dari voice dan sms.
Lalu buat apa penyelenggaraan 3G apabila penggunaanya dan pendapatannya tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk biaya investasi jaringan dan pembelian spektrum frekuensi yang biayanya mencapai ratusan miliar.
Sebenarnya apa yang menyebabkan pelanggan layanan 3G tidak begitu banyak ? Apakah karena harga akses jaringan 3G yang mahal atau karena masih kurang banyaknya konten yang tersedia. Harga untuk akses 3G memang tergolong mahal, kendati pada awal kehadirannya atau selama masa promosi memberikan tarif yang gratis tapi sekarang tarif yang ada cenderung sangat mahal apabila dibandingkan dengan kualitas yang ada. Selain itu bisa dilihat dari banyaknya konten yang ada, pastinya konten yang berasal dari luar sudah sangat banyak dan menunjang. Tapi dari sisi harga dan akses internet keluar negara yang memang jauh maka bisa dipastikan harganyapun sangat mahal.
Apa memang karena konten yang sedikit atau karena harga akses yang masih mahal?
Seharusnya operator WiMAX harus bisa belajar dari pengalaman penyelenggaraan layanan 3G. Meskipun layanan ini berbeda, tapi setidaknya hampir menyerupai untuk kapasitas dan kecepatan akses data. Layanan 3G memang memiliki kecepatan akses data yang sangat cepat tapi apa yang akan diakses dan mau kemana mengakses, masih menjadi pertanyaan besar di benak pelanggan. Di era informasi ini, di tengah masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society) ini, ketersediaan informasi dan sumber pengetahuan semestinya merupakan kebutuhan primer yang mutlak harus ada. Semakin banyak tersedia server content domestik, semakin banyak pilihan sumber informasi, maka semakin besar kemungkinan orang meng-akses-nya, semakin tinggi trafik komunikasi, semakin banyak diperlukan saluran menuju server, sehingga semakin berkurang beban persaingan bisnis saluran di antara operator.
Setidaknya dengan konten yang memang berasal dari domestik maka bisa dipastikan bahwa konten yang diakses akan murah, belum lagi bila semakin banyak dan beragamnya ketersediaan konten yang mampu membuat persaingan antar konten semakin sengit dan tentunya menurunkan harga konten.
Memilih 3G atau WiMAX
Jaringan 3G saat ini merupakan jaringan telepon selular yang siap untuk melayani transfer data ( Data over Voice network ) dengan GPRS, EDGE atau HSDPA dan HSUPA-nya. Sedangkan WiMAX sebagai jaringan “selular PC” juga sudah siap untuk melayani percakapan ( Voice over IP/Data network ). Apapun jenis terminal di sisi pelanggan, apakah itu sebuah Laptop, PDA, atau pun Handphone, semuanya bisa dilengkapi dengan interface teknologi WiFi, WiMAX, modem HSDPA, atau sekedar modem CDMA/GSM biasa untuk bisa menelepon dan/atau mengakses internet. Ini berarti bahwa persaingan di dalam bisnis terminal-devices ini akan berlangsung biasa-biasa saja dan berkisar pada tiga jenis terminal yaitu Handphone, PDA, dan Laptop yang secara alamiah sudah terkelompok kelas harganya. Pertanyaannya: nyamankah mengakses Internet menggunakan sebuah handphone? Atau, nyamankah menelepon menggunakan sebuah laptop? Bagaimana pula bila melakukan keduanya menggunakan PDA? Tentunya selera dan daya beli pelanggan yang paling menentukan semaraknya bisnis terminal-devices ini.
Persaingan yang mungkin lebih seru adalah dalam bisnis sewa saluran atau infrastruktur jaringan. Untuk apa pelanggan menyewa saluran atau dalam kata lain, layanan apa yang diminta pelanggan? Voice atau Data? Menelepon atau akses Internet?
Jaringan 3G menawarkan layanan komunikasi voice yang sangat baik karena jaringan ini memang dirancang untuk melayani voice ( percakapan lewat telepon ) dengan sejarahnya yang lebih dari 100 tahun. Sedangkan untuk layanan data, kecepatan akses yang saat ini mampu disediakan adalah hingga cuma sekitar 6 Mbps. Sebaliknya, WiMAX mampu menyediakan saluran dengan kecepatan data hingga 40 Mbps dan layanan percakapan VoIP yang kualitasnya tidak akan menyamai percakapan melalui jaringan telepon, terutama pada kondisi trafik padat. Jaringan telepon sudah menjadi standarisasi kualitas percakapannya, sedangkan VoIP masih dalam studi dan uji kualitas dari berbagai pihak penelitian. Bila bandwidth terbatas dan trafik tinggi, maka suara yang dihasilkan oleh VoIP akan mengalami putus-putus. Kesimpulannya, 3G memang lebih baik untuk menelepon tapi kurang cepat dan nyaman untuk akses Internet, sedangkan WiMAX memang lebih baik untuk akses Internet, tapi bisa kurang baik untuk menelepon. Apabila kedua produk teknologi ini diterapkan di kawasan kota/metropolitan secara berdampingan, maka akan terjadi persaingan yang sangat seru dalam perebutan pelanggan karena keduanya menawarkan jasa layanan yang sama, yaitu voice dan data.
Saat ini konsumen memang menikmati layanan koneksi internet dengan kapasitas besar seperti WiFi yang berada di kantor, di kampus maupun pusat aktifitas seperti mall. Tapi apakah konsumen memang akan menggunakan koneksi internet dengan kapasitas besar yang benar-benar mobile? Setidaknya kita tidak perlu berada dilingkungan yang terdapat layanan WiFi untuk koneksi internet dengan kapasitas besar, cukup dirumah atau dijalan kita bisa melakukan koneksi internet dengan kapasitas besar asalkan tersedia layanan WiMAX. Yang perlu dikaji adalah jangan-jangan konsumen memang hanya butuh koneksi internet kapasitas besar pada waktu-waktu tertentu dan pada tempat-tempat tertentu saja. Mungkin saja konsumen belum membutuhkan internet dengan kapasitas besar disegala tempat. Sedangkan untuk koneksi internet dengan kapasitas kecil bisa menggunakan layanan 3G.
Sehingga semua itu kembali kepada konsumen selaku pengguna teknologi. Ada beberapa yang merasa enjoy untuk menggunakan 3G tapi ada pula yang merasa WiMAX lebih terasa manfaatnya untuk berbagai aktivitas. Sepertinya masih banyak yang harus dilakukan untuk menguji kelayakan investasi untuk WiMAX. Setidaknya agar investasi ini tidak menjadi sia-sia layaknya investasi pada geneasi sebelumnya.
Ikhtisar
1. Perlu Regulasi untuk mendukung kompetisi WiMAX yang kondusif
2. WiMAX bisa bernasib seperti 3G
3. Layanan 3G cocok untuk telepon sedangkan WiMAX lebih cocok koneksi internet
4. Butuh studi kelayakan investasi WiMAX
Bima Indra Gunawan
0706173490
Manajemen Telekomunikasi
Fakultas Teknik Elektro
Baca lagi...
Curhat
Telekomunikasi
Rabu, Desember 17, 2008
Sesuatu Yang Baru
Kenapa sih harus baru ? kenapa gak pake yang lama ?
Kenapa juga harus Jadul (Jaman Dahulu) ? Kan sekarang udah ada yang baru ?
Kenapa harus berubah ? Bagaimana kalo tidak usah dirubah ?
Hal yang baru itu adalah sesuatu yang menarik. Yah, kalo kita punya motor baru pasti senang, kalo kita belajar ilmu baru pasti ingin sekali mengopreknya. dan tentu apabila kita memiliki buku baru atau novel baru pasti kita ingin membacanya. Stop sampai disitu... jangan dilebar luaskan ke hal yang lain...(termasuk ke musuh baru,pacar baru dan istri baru)
Ada cerita yang dikutip dari Aa Gym. Seorang istri membuat gado-gado spesial untuk suaminya, Begitu ada masakan enak yang baru maka suami berkata "wah, gado-gado ya mah, hmm... Papa suka nih gado-gado, apalagi spesial. Papah jadi semangat makan.Lalu keesokan harinya si mamah kembali membuat gado-gado. Dan respon suaminya"gado-gado spesial lagi ya, wih... papah masih laper nih nyium baunya. Kemudian esok lusanya lagi-lagi si mamah membuat gado-gado.Lalu respon dari suaminya"gado-gado lagi ya mah? oh yaudah.". Kemudian selama seminggu si mamah masih juga membuat gado-gado spesialnya,akhirnya si suami itu berkata "kenapa gado-gado melulu sih mah ?"
Itulah dia kalo gak ada pembaruan, baik dari diri kita maupun hal lainnya. Baru itu merupakan bagian dari kreativitas, bagian dari innovasi dan bagian dari nilai tambah. Semuanya akan bernilai kalo selalu ada perubahan menuju pembaruan.
Tapi baru itu bisa menjadi malapetaka apabila tidak dikelola dengan baik. Kenapa? Karena dengan baru bisa membuat kita menjadi terjebak akan hal yang sebelumnya baik menjadi tidak baik. Buat apa perubahan seandainya menjadi sia-sia dan malah merugikan kita.
Seperti cerita berikut. Ada seorang yang ahli dalam memasukkan jarum ke benang jahit dari jarak 5 meter.Bayangkan jarak 5 meter, kita saja yang dari deket mata terkadang masih gak bisa masukin (apalagi kalo matanya minus atau plus). Tapi ini benar-benar handal, dia mampu melempar dari jarak lima meter dan masuklah jarum itu ke dalam benang. Kemudian hal ini terdengar oleh Seorang Raja yang ingin menyaksikan kehebatannya. Dipanggillah seorang itu menuju istana dan mempraktekannya kehebatan dia. Setelah selesai maka Raja memberi beberapa dirham sebagai hadiah, tapi apa yang terjadi sebelum keluar istana, ketika dia dicambuk oleh beberapa pengawal istana. Kemudian datanglah raja dan menjelaskan kenapa dia diberi cambukan. Itu karena ilmu dan bakatnya yang dia miliki tidak ada gunanya, tidak ada manfaatnya. Jadi buat apa dipelajari dan buat apa juga dikagumi.
Jadi berubahlah untuk kepentingan yang lebih banyak dan untuk manfaat yang lebih banyak.
Baca lagi...
Kenapa juga harus Jadul (Jaman Dahulu) ? Kan sekarang udah ada yang baru ?
Kenapa harus berubah ? Bagaimana kalo tidak usah dirubah ?
Hal yang baru itu adalah sesuatu yang menarik. Yah, kalo kita punya motor baru pasti senang, kalo kita belajar ilmu baru pasti ingin sekali mengopreknya. dan tentu apabila kita memiliki buku baru atau novel baru pasti kita ingin membacanya. Stop sampai disitu... jangan dilebar luaskan ke hal yang lain...(termasuk ke musuh baru,pacar baru dan istri baru)
Ada cerita yang dikutip dari Aa Gym. Seorang istri membuat gado-gado spesial untuk suaminya, Begitu ada masakan enak yang baru maka suami berkata "wah, gado-gado ya mah, hmm... Papa suka nih gado-gado, apalagi spesial. Papah jadi semangat makan.Lalu keesokan harinya si mamah kembali membuat gado-gado. Dan respon suaminya"gado-gado spesial lagi ya, wih... papah masih laper nih nyium baunya. Kemudian esok lusanya lagi-lagi si mamah membuat gado-gado.Lalu respon dari suaminya"gado-gado lagi ya mah? oh yaudah.". Kemudian selama seminggu si mamah masih juga membuat gado-gado spesialnya,akhirnya si suami itu berkata "kenapa gado-gado melulu sih mah ?"
Itulah dia kalo gak ada pembaruan, baik dari diri kita maupun hal lainnya. Baru itu merupakan bagian dari kreativitas, bagian dari innovasi dan bagian dari nilai tambah. Semuanya akan bernilai kalo selalu ada perubahan menuju pembaruan.
Tapi baru itu bisa menjadi malapetaka apabila tidak dikelola dengan baik. Kenapa? Karena dengan baru bisa membuat kita menjadi terjebak akan hal yang sebelumnya baik menjadi tidak baik. Buat apa perubahan seandainya menjadi sia-sia dan malah merugikan kita.
Seperti cerita berikut. Ada seorang yang ahli dalam memasukkan jarum ke benang jahit dari jarak 5 meter.Bayangkan jarak 5 meter, kita saja yang dari deket mata terkadang masih gak bisa masukin (apalagi kalo matanya minus atau plus). Tapi ini benar-benar handal, dia mampu melempar dari jarak lima meter dan masuklah jarum itu ke dalam benang. Kemudian hal ini terdengar oleh Seorang Raja yang ingin menyaksikan kehebatannya. Dipanggillah seorang itu menuju istana dan mempraktekannya kehebatan dia. Setelah selesai maka Raja memberi beberapa dirham sebagai hadiah, tapi apa yang terjadi sebelum keluar istana, ketika dia dicambuk oleh beberapa pengawal istana. Kemudian datanglah raja dan menjelaskan kenapa dia diberi cambukan. Itu karena ilmu dan bakatnya yang dia miliki tidak ada gunanya, tidak ada manfaatnya. Jadi buat apa dipelajari dan buat apa juga dikagumi.
Jadi berubahlah untuk kepentingan yang lebih banyak dan untuk manfaat yang lebih banyak.
Baca lagi...
Curhat
Tausiah
Selasa, Desember 16, 2008
Pilihan Kuliah (bag 2)
Jam sudah menunjukkan pukul 00:25, dan mata ini sudah mulai tidak tahan karena rasa ngantuk yang sangat. Sambil menonton televisi dikamar ini, sambil melihat handphone menunggu sms dan sambil merem melek :)
Alarm udah bunyi dan kulihat sudah jam 05:30 , wah belum shalat subuh.Buru-buru shalat sambil berharap tidak ada yang masuk ke kamar( takut ketauan baru shalat subuh ). Beru pengen tidur lagi, tiba-tiba melihat handphone sudah ada SMS masuk. Dibaca deh, "selamat ya Bima" itu aja isinya dan saya pun tidak mengenal siapa pengirimnya. Biar aja deh, mau tidur lagi, pusing nih kurang tidur. Oh iya, lupa kalo hari pengumuman UMPTN!!! langsung bangun dan berusaha mencari koran langganan hari ini....
Pasti belum dateng nih, harus beli koran dulu deh. Akhirnya pergi kedepan gang dan dapet juga koran pengumuman UMPTN. Coba ambil formulir pendaftaran dan berusaha melihat dengan huruf yang kecil-kecil......
Pengisian formulir UMPTN tinggal menghitung hari lagi, tapi aku sebagai siswa kelas III SMA masih belum bisa menentukan pilihan mana yang tepat untuk saya. Dimulai dari keinginan Orang Tua yang ingin anaknya jadi dokter, kemudian hari kecil yang ternyata juga ingin jadi dokter.
Meskipun beberapa alumni SMA ini masuk dan mempromosikan tempat kuliahnya, tapi ternyata belum ada yang sesuai dengan minat dan bakat saya. Teknik TGP yang sempat menarik minat tapi minat akan pelajaran kimia gak terlalu bagus, lalu Teknik Elektro yang saya sendiri takut kesetrum dan terakhir kedokteran, padahal saya itu susah banget ngafalin bahasa latin. Gimana mau jadi dokter ...?
Suasana di Bandung begitu dingin, sampai-sampai saya gak kuat untuk mengambil wudhu shubuh. Gak disangka kalo pada akhirnya saya sampai juga di Bandung. Ya banyak orang menyebutnya Paris Van Java, kota mode di pulau Jawa. Tapi kenapa cewe-cewe nya gak seperti yang dibilang temen-temen ya..? Ups... lupa hari ini harus sarapan, maklum udah gak ada yang masakin, sekarang semuanya harus cari sendiri, mulai dari makan sampai tidur sendiri. Tapi gak papa kok masih di asrama yang masih banyak temen juga.
Beginilah kota Bandung, kota dengan ketinggian daratan mencapai 300 m diatas permukaan laut tapi masih banyak juga banjir yang terjadi dimana-mana. Termasuk daerah tempat saya sekarang ini.
Akhirnya pilihan jatuh ke Fisika UI, yup Fakultas MIPA Jurusan FISIKA, wow keren banget. Emang sih gue demen fisika, tapi gak demen-demen amat. Berarti pilihan pertama tetap jatuh ke Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, di Bandung donk...? Bandung memang cita-cita saya untuk mandiri, gak mungkin bisa mandiri kalo cuma mendekam di Jakarta doank, paling ngga depok lah, sambil ngekost.
Ketika dikelas, saya melihat beberapa teman sedang mengisi formulir pendaftaran STTTELKOM. Sekolah apa tuh ya..? apa untuk jadi pegawai Telkom? Coba tanya sana sini akhir dapet kesimpulan kalo itu cuma ada fakultas teknik, dan letaknya di Bandung. Selepas pulang sekolah saya coba ajak Bapak saya untuk mencari formulir STTTelkom, dapet juga di Bank Mandiri, tapi pengembalian formulir paling telat hari ini. Waw, harus buru-buru deh.
Sekarang sudah jelas, kalo ikut UMPTN untuk fakultas kedokteran Unpad dan kedua untuk Fisika UI. Sedangkan untuk swasta nya di STTTelkom,meskipun agak-agak mepet masih sempetlah mengembalikan formulirnya. Sedangkan lainnya adalah STAN, lumayan sekolah gratis yang dibayarin oleh negara. Tapi kebanyakan temen sudah pasti diterima disalah satu perguruan tinggi swasta, sedangkan saya belum ?
Hidung ini masih meler keluar ingus... sambil bersin-bersin saya paksa saja belajar dulu.Padahal malam minggu dan jam sudah pukul 01:20 WIB, tapi masih tetep belajar. Besok adalah ujian masuk STTTelkom, sedangkan dua hari setelah besok UMPTN. Anggep aja kalo besok itu sebagai tryout menjelang UMPTN.
Ingusnya makin parah, dan semakin menjadi-jadi! Bahkan pengawas ujian sepertinya mencurigai saya. Saya sendiri juga bingung, kok lama banget ya waktu ngerjain soal Fisika dan Matematika ini. Pengen buru-buru aja nih, ingus udah meler banget lagi. Toh cuma latihan, kalo lulus alhamdulillah, kalo gak lulus yang emang gak niat.
Ujian UMPTN berlangsung lancar, sakitnya udah hilang dan saya mampu mengerjakan soal dengan baik. Setelah dua hari ujian, langsung aja maen PS, ya main PS karena sebelum UMPTN gak pernah kenal yang namanya maen PS. Alhasil, ujian STAN pun dijamin gak lolos.
Setelah dipastikan lulus STTTelkom, hati ini sedikit lega. Maklum sampai saat ini belum satupun saya terdaftar diperguruan tinggi mana pun. Jadinya lega deh. Padahal semepet gak bisa juga ngecek hasil kelulusan dari internet( abis gaptek banget sih). Begitu lihat hasil di STAN, ternyata gak dapet, tuh benerkan dugaan saya pasti gak dapet. Berarti gagal sudah saya jadi calon PNS dengan masuk STAN.
Meskipun hurufnya kecil-kecil tapi alhamdulillah,akhirnya nama saya muncul. Bangga juga. Oh iya yang bikin saya lupa adalah mengecek kalo saya ini masuk jurusan mana? begitu dilihat gagal deh jadi dokter. Berarti pilihan sekarang tinggal dua, masuk UI dengan teknik Fisika UI atau ke Bandung masuk STTTelkom. Harapan jadi dokter sudah hilang tapi harapan untuk sekolah di Bandung dan belajar mandiri masih ada.
Begitulah hidup, siapa yang menyangka saya akan menjadi seorang engineer atau lebih tepatnya dalam bahasa Indonesia Teknisi atau jaman dulu bilang insinyur (Ir). Semua adalah rahasia Allah dan kita sebagai umatNya cuma bisa berusaha. Bagiku "Saya percaya dengan Nasib, tapi saya gak akan menyerah kepada Nasib"
Baca lagi...
Alarm udah bunyi dan kulihat sudah jam 05:30 , wah belum shalat subuh.Buru-buru shalat sambil berharap tidak ada yang masuk ke kamar( takut ketauan baru shalat subuh ). Beru pengen tidur lagi, tiba-tiba melihat handphone sudah ada SMS masuk. Dibaca deh, "selamat ya Bima" itu aja isinya dan saya pun tidak mengenal siapa pengirimnya. Biar aja deh, mau tidur lagi, pusing nih kurang tidur. Oh iya, lupa kalo hari pengumuman UMPTN!!! langsung bangun dan berusaha mencari koran langganan hari ini....
Pasti belum dateng nih, harus beli koran dulu deh. Akhirnya pergi kedepan gang dan dapet juga koran pengumuman UMPTN. Coba ambil formulir pendaftaran dan berusaha melihat dengan huruf yang kecil-kecil......
Pengisian formulir UMPTN tinggal menghitung hari lagi, tapi aku sebagai siswa kelas III SMA masih belum bisa menentukan pilihan mana yang tepat untuk saya. Dimulai dari keinginan Orang Tua yang ingin anaknya jadi dokter, kemudian hari kecil yang ternyata juga ingin jadi dokter.
Meskipun beberapa alumni SMA ini masuk dan mempromosikan tempat kuliahnya, tapi ternyata belum ada yang sesuai dengan minat dan bakat saya. Teknik TGP yang sempat menarik minat tapi minat akan pelajaran kimia gak terlalu bagus, lalu Teknik Elektro yang saya sendiri takut kesetrum dan terakhir kedokteran, padahal saya itu susah banget ngafalin bahasa latin. Gimana mau jadi dokter ...?
Suasana di Bandung begitu dingin, sampai-sampai saya gak kuat untuk mengambil wudhu shubuh. Gak disangka kalo pada akhirnya saya sampai juga di Bandung. Ya banyak orang menyebutnya Paris Van Java, kota mode di pulau Jawa. Tapi kenapa cewe-cewe nya gak seperti yang dibilang temen-temen ya..? Ups... lupa hari ini harus sarapan, maklum udah gak ada yang masakin, sekarang semuanya harus cari sendiri, mulai dari makan sampai tidur sendiri. Tapi gak papa kok masih di asrama yang masih banyak temen juga.
Beginilah kota Bandung, kota dengan ketinggian daratan mencapai 300 m diatas permukaan laut tapi masih banyak juga banjir yang terjadi dimana-mana. Termasuk daerah tempat saya sekarang ini.
Akhirnya pilihan jatuh ke Fisika UI, yup Fakultas MIPA Jurusan FISIKA, wow keren banget. Emang sih gue demen fisika, tapi gak demen-demen amat. Berarti pilihan pertama tetap jatuh ke Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, di Bandung donk...? Bandung memang cita-cita saya untuk mandiri, gak mungkin bisa mandiri kalo cuma mendekam di Jakarta doank, paling ngga depok lah, sambil ngekost.
Ketika dikelas, saya melihat beberapa teman sedang mengisi formulir pendaftaran STTTELKOM. Sekolah apa tuh ya..? apa untuk jadi pegawai Telkom? Coba tanya sana sini akhir dapet kesimpulan kalo itu cuma ada fakultas teknik, dan letaknya di Bandung. Selepas pulang sekolah saya coba ajak Bapak saya untuk mencari formulir STTTelkom, dapet juga di Bank Mandiri, tapi pengembalian formulir paling telat hari ini. Waw, harus buru-buru deh.
Sekarang sudah jelas, kalo ikut UMPTN untuk fakultas kedokteran Unpad dan kedua untuk Fisika UI. Sedangkan untuk swasta nya di STTTelkom,meskipun agak-agak mepet masih sempetlah mengembalikan formulirnya. Sedangkan lainnya adalah STAN, lumayan sekolah gratis yang dibayarin oleh negara. Tapi kebanyakan temen sudah pasti diterima disalah satu perguruan tinggi swasta, sedangkan saya belum ?
Hidung ini masih meler keluar ingus... sambil bersin-bersin saya paksa saja belajar dulu.Padahal malam minggu dan jam sudah pukul 01:20 WIB, tapi masih tetep belajar. Besok adalah ujian masuk STTTelkom, sedangkan dua hari setelah besok UMPTN. Anggep aja kalo besok itu sebagai tryout menjelang UMPTN.
Ingusnya makin parah, dan semakin menjadi-jadi! Bahkan pengawas ujian sepertinya mencurigai saya. Saya sendiri juga bingung, kok lama banget ya waktu ngerjain soal Fisika dan Matematika ini. Pengen buru-buru aja nih, ingus udah meler banget lagi. Toh cuma latihan, kalo lulus alhamdulillah, kalo gak lulus yang emang gak niat.
Ujian UMPTN berlangsung lancar, sakitnya udah hilang dan saya mampu mengerjakan soal dengan baik. Setelah dua hari ujian, langsung aja maen PS, ya main PS karena sebelum UMPTN gak pernah kenal yang namanya maen PS. Alhasil, ujian STAN pun dijamin gak lolos.
Setelah dipastikan lulus STTTelkom, hati ini sedikit lega. Maklum sampai saat ini belum satupun saya terdaftar diperguruan tinggi mana pun. Jadinya lega deh. Padahal semepet gak bisa juga ngecek hasil kelulusan dari internet( abis gaptek banget sih). Begitu lihat hasil di STAN, ternyata gak dapet, tuh benerkan dugaan saya pasti gak dapet. Berarti gagal sudah saya jadi calon PNS dengan masuk STAN.
Meskipun hurufnya kecil-kecil tapi alhamdulillah,akhirnya nama saya muncul. Bangga juga. Oh iya yang bikin saya lupa adalah mengecek kalo saya ini masuk jurusan mana? begitu dilihat gagal deh jadi dokter. Berarti pilihan sekarang tinggal dua, masuk UI dengan teknik Fisika UI atau ke Bandung masuk STTTelkom. Harapan jadi dokter sudah hilang tapi harapan untuk sekolah di Bandung dan belajar mandiri masih ada.
Begitulah hidup, siapa yang menyangka saya akan menjadi seorang engineer atau lebih tepatnya dalam bahasa Indonesia Teknisi atau jaman dulu bilang insinyur (Ir). Semua adalah rahasia Allah dan kita sebagai umatNya cuma bisa berusaha. Bagiku "Saya percaya dengan Nasib, tapi saya gak akan menyerah kepada Nasib"
Baca lagi...
Curhat
cerita
Langganan:
Postingan (Atom)