Kamis, Desember 18, 2008

WiMAX Yang Siap Menjegal 3G

3rd Generation Service atau yang lebih dikenal dengan layanan 3G adalah kelanjutan dari layanan telekomunikasi bergerak sebelumnya yaitu layanan 1G dan layanan 2G. Dimana pada generasi pertama ini digunakan teknologi analog seperti AMPS, TACS dan NMT .Selanjutnya generasi kedua yang ingin memanfaatkan pembagian spektrum frekuensi lahirlah teknologi GSM dan Digital-AMPS yang kemudian berubah menjadi teknologi CDMA yang berkembang pesat di Jepang, Korea dan Amerika.
Justru pada generasi kedualah perkembangan telekomunikasi bergerak semakin maju. Bahkan berdasarkan riset perusahaan asal asal Inggris yang bernama The Mobile World menunjukkan bahwa jumlah pengguna telekomunikasi bergerak mencapai 3,25 Miliar pelanggan. Sebuah angka yang menakjubkan untuk teknologi yang baru berusia tidak lebih dari 20 tahun.

Karena tidak puas dengan teknologi layanan 2G, maka hadirlah layanan 3G yang diklaim sebagai generasi terbaru telekomunikasi selular. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, 3G unggul dalam hal kecepatan transfer data bergerak. Karena peningkatan bandwitdh yang besar inilah yang diyakini akan muncul berbagai jenis layanan multimedia yang membutuhkan bandwitdh yang besar seperti video streaming, game online , lagu MP3, video conference , dan lain sebagainya. Potensi inilah yang terlihat cukup besar, terutama pada awal kehadiran 3G jumlah pelanggan 2G telah mencapai 1,5 Miliar pada tahun 2002 yang bisa mempresentasikan besarnya potensi pelanggan 3G di seluruh dunia. Bisa dipastikan, bahwa banyak pengamat telekomunikasi yang memprediksikan seluruh pelanggan layanan 2G akan pindah ke layanan 3G, berarti bisnis 3G menjadi sangat menjanjikan. Tapi apa yang terjadi sekarang ?


Masa Depan 3G

“Menggunakan video call menjadi tidak enak karena gambar yang patah-patah” kata seorang teman yang menggunakan salah satu fitur layanan 3G. “Selain kualitas kurang dan belum seluruh area bisa menggunakan 3G, harganya juga sangat mahal” komentar teman kuliah saya. Dan yang paling membuat saya geleng kepala adalah komentar beberapa teman “bagaimana sih mengaktifkan layanan 3G, kok susah banget!! tiap ganti handphone selalu saja butuh pengaturan yang diubah-ubah” Itulah komentar sempat saya baca dan mendengar dari orang lain mengenai kualitas 3G sebagai layanan generasi terbaru yang lebih dari tiga tahun melayani penduduk Indonesia. Apa memang tidak menunjang antara kualitas dan harga yang diberikan ? atau memang diperlukan layanan untuk generasi yang baru ini.

Bisa jadi komentar tersebut merupakan masa depan untuk investasi 3G. Sampai sekarang pun banyak para pengamat yang mengatakan bahwa investasi layanan 3G merupakan investasi yang gagal. Apalagi sebentar lagi akan ada investasi untuk layanan 4G atau layanan Generasi ke empat yang akan diwakili oleh WiMAX. Seberapa hebatkah layanan WiMAX ? Akankah kembali gagal ? Layanan 3G saja yang dahulu digadang-gadangkan sangat hebat ternyata banyak mendapatkan kendala.


Layanan WiMAX
WiMAX memang masih belum populer di Indonesia dibandingkan dengan Wi-Fi (Wireless Fidelity). Namun sebagai salah satu negara pemegang lisensi Wimax (Worldwide Interoperability Mobile Access), Indonesia memiliki wewenang menerapkan teknologi telekomunikasi ini pada operator-operator seluler yang memiliki kesiapan baik secara kesiapan secara infrastruktur maupun kesiapan operational-maintanance. Akses broadband nirkabel Wimax diharapkan mampu memberikan angin segar di tengah-tengah persaingan industri telekomunikasi dan kebutuhan pasar.

WiMax adalah alternatif teknologi yang sangat prospektif untuk menggelar BWA (Broadband Wireless Access ) atau yang lebih dikenal dengan koneksi internet dengan kapasitas yang besar. WiMax merupakan satu varian teknologi wireless yang memungkinkan transmisi pita lebar hingga 70 Mbps dengan jangkauan sekitar 50 kilometer. Teknologi ini merupakan pengembangan dari teknologi Wi-Fi (wireless fidelity) baik dalam kapasitas transmisi maupun daya jangkau.
Wi-Fi pada frekuensi 2.4 GHz telah dibebaskan penggunaannya. Seperti kita saksikan saat ini, penggunaan pemancar 2.4 GHz sudah marak di Indonesia terutama untuk keperluan Warung Internet (Warnet) dan Komunitas (RT/RW Net), juga perusahaan kecil & menengah, dan dunia pendidikan. Titik-titik hotspot di beberapa kota besar di Indonesia (di mall, ruang tunggu bandara, hotel, tempat makan, taman, masjid, dan kompleks perumahan) mulai menjamur dengan akses berbayar maupun tidak. Semua itu memanfaatkan teknologi Wi-Fi.

Teknologi WiMAX dapat meng-cover area sekitar 50 km dimana ratusan pengguna akan dishare sinyal dan kanal untuk transmisi data sampai 155 Mbps. Pada aplikasi mobile, user WiMAX layaknya menggunakan terminal WiFi seperti: notebook, PDA, dan smartphone. Pemanfaatan WiMAX sama dengan pemanfaatan WiFi. Sebuah terminal dapat mendeteksi jaringan WiMAX dan WiFi sehingga user akan semakin dimudahkan karena bisa memilih WiMAX broadband untuk jaringan WiMAX atau wireless hotspot untuk jaringan WiFi atau Wireless LAN.

WiFi – 3 G - WiMAX

WiFi merupakan jaringan komunikasi nirkabel melalui komputer LAN. Jangkauannya terbatas pada area tertentu sehingga disebut hotspot. Layanan yang diberikan bisa variatif, layaknya aplikasi LAN seperti: email, internet, intranet, messaging, music atau video streaming, dan layanan IP base lainnya. Apabila WiFi dikombinasikan implementasinya dengan WiMAX maka jelas akan mempercepat dan memperluas penggunaannya, lebih secure karena bisa menjadi QoS (Quality of Service), lebih reliable, dan kaya akan layanan baru. Sinergi antara WiMAX dengan seluler menggabungkan jaringan kabel dan wireless, layanan dan terminal. Secara umum, konsep konvergensi pada telekomunikasi mencakup 3 aspek, yaitu: device, service, dan jaringan.

Secara umum WiMAX diperkenalkan sebagai akses yang menawarkan solusi multi-access, sebagai contoh: WiMAX untuk melengkapi jaringan yang sudah eksis (2G/3G dan Wifi). Munculnya WiMAX otomatis akan menimbulkan persaingan dengan pengusung 3G. Layanan 3G merupakan layanan komunikasi bergerak yang menjanjikan peningkakan bandwith hingga 384 Kbps ketika diakses dalam keadaan bergerak dengan kecepatan rendah sementara untuk di kendaraan bergerak kecepatannya 128 Kbps dan sampai 2 Mbps dalam keadaan diam. Teknologi 3G berbasis GSM (WCDMA) dan CDMA (CDMA 2000). Dengan demikian keunggulan Wimax adalah dari kecepatannya dan layanan yang lebih menarik dibanding 3G. Namun, dari kemampuan mobilitynya 3G masih lebih unggul karena menggunakan node B yang tentu saja bisa mencakup yang lebih luas. Jika keunggulan mobilitas WiMax dan Wi-Fi bisa ditingkatkan lebih awal, maka mereka bisa menjadi pesaing tangguh bagi kelangsungan hidup 3G.

Regulasi dan Kesiapan Operator WiMAX

Bagi negara produsen teknologi, lahirnya produk-produk baru berarti memberikan harapan baru untuk meningkatkan kemakmuran. Bagaimana pengaruhnya pada Indonesia tercinta? Akankah tercipta lapangan kerja baru karena munculnya pabrik baru? ataukah akan muncul perusahaan asing baru dengan manajer asing baru?, atau sekedar importir baru yang mengimpor barang 100% jadi ? ataukah bahkan importir lama tetap berjaya tanpa ada tambahan lowongan kerja? Sehingga yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin dan pengangguran tetap tidak berubah.

Pemerintah melalui Depkominfo berharap operator WiMAX memakai perangkat lokal. Kandungan perangkat WiMAX lokal tampaknya menjadi menu wajib bagi operator bila ingin ikut menyelenggarakan jaringan nirkabel pita lebar tersebut ke dalam negeri. Bahkan Depkominfo memberi blok-blok frekuensi untuk alokasi WiMAX hanya kepada pemenang tender USO (Universal Service Obligation) , yaitu proyek untuk telepon pedesaan agar perkembangan telekomunikasi di negara ini menjadi merata di seluruh Indonesia.

Dengan adanya regulasi tersebut sudah banyak pula beberapa perusahaan nasional yang sudah melakukan kerjasama dengan perusahaan asing untuk menciptakan komponen untuk layanan WiMAX. Komponen WiMAX sendiri terdiri dari chipset, plain circuit board (PCB), Base Station serta perangkat Microcell dan Macrocell. Berarti semakin banyak ruang lingkup dari komponen WiMAX yang bisa dihasilkan di negeri sendiri. Berarti itu sangat bermanfaat untuk momentum lahirnya produk baru sebagai peluang membuka lapangan kerja baru, bagaimana memanfaatkan potensi pasar domestik yang besar ini sebagai bargaining-power untuk “memaksa” pabrikasi dalam negeri, dan seterusnya.
Investasi 3G memang baru saja dimulai, tapi akankah Wimax mendapatkan kebebasan untuk bersaing menawarkan layanannya. Seberapa banyak calon pelanggan yang kira-kira memerlukan koneksi Internet yang mobile? Bagaimana nasib operator 3G bila ditambah Wimax. berapa calon customer dibagi berapa operator?

Apapun yang akan terjadi, setidaknya Pemerintah sebagai regulator akan mendapat beban tugas baru yaitu menyusun regulasi terkait alokasi band frekuensi baru dan bagaimana menjamin kesehatan kompetisi usaha. Sepertinya masih banyak juga pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah untuk menciptakan regulasi yang kondusif.

Nasib WiMAX seperti 3G

Meskipun WiMAX belum luncur di Indonesia, tapi apakah WiMAX sendiri sudah siap untuk menggantikan layanan 3G atau malah saling bersinergi. Sekarang saja sudah muncul terminal-devices ( Handphone, PDA, Laptop) dengan banyak pilihan yang tersedia, demikian pula dengan infrastruktur jaringan yang support untuk teknologi WiFi maupun WiMAX sudah pula siap disediakan oleh banyak operator telekomunikasi.

Dengan kesiapan itu apakah layanan generasi 4 mampu menarik minat konsumen ? Atau malah bernasib sama seperti 3G ? Itulah yang menarik untuk diprediksikan. Sepertinya kita perlu menengok kembali kebelakang, ketika layanan 3G akan muncul, dan banyak prediksi yang memperkirakan bahwa layanan ini akan booming atau setidaknya menyamai rekor jumlah pelanggan 2G. Ketika penyelenggara layanan 2G siap untuk bermigrasi ke layanan 3G maka sudah banyak pelanggan yang siap bahkan rela membeli perangkat terminal seperti handphone untuk mengakses layanan 3G meskipun layanannya belum tersedia. Yang lebih menghebohkan pada tahun 2004 pelanggan 3G di Asia jumlahnya mencapai 10.5 juta pelanggan. Tapi apa yang terjadi sekarang ? Meskipun salah satu operator terbesar di Indonesia mengklaim memiliki pelanggan 3G sebanyak 4 juta pelanggan, tapi pendapatan dari layanan 3 G hanya mencapai sekitar kurang dari 10 %. Pendapatan yang lain lebih berasal dari voice dan sms.

Lalu buat apa penyelenggaraan 3G apabila penggunaanya dan pendapatannya tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk biaya investasi jaringan dan pembelian spektrum frekuensi yang biayanya mencapai ratusan miliar.
Sebenarnya apa yang menyebabkan pelanggan layanan 3G tidak begitu banyak ? Apakah karena harga akses jaringan 3G yang mahal atau karena masih kurang banyaknya konten yang tersedia. Harga untuk akses 3G memang tergolong mahal, kendati pada awal kehadirannya atau selama masa promosi memberikan tarif yang gratis tapi sekarang tarif yang ada cenderung sangat mahal apabila dibandingkan dengan kualitas yang ada. Selain itu bisa dilihat dari banyaknya konten yang ada, pastinya konten yang berasal dari luar sudah sangat banyak dan menunjang. Tapi dari sisi harga dan akses internet keluar negara yang memang jauh maka bisa dipastikan harganyapun sangat mahal.
Apa memang karena konten yang sedikit atau karena harga akses yang masih mahal?

Seharusnya operator WiMAX harus bisa belajar dari pengalaman penyelenggaraan layanan 3G. Meskipun layanan ini berbeda, tapi setidaknya hampir menyerupai untuk kapasitas dan kecepatan akses data. Layanan 3G memang memiliki kecepatan akses data yang sangat cepat tapi apa yang akan diakses dan mau kemana mengakses, masih menjadi pertanyaan besar di benak pelanggan. Di era informasi ini, di tengah masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society) ini, ketersediaan informasi dan sumber pengetahuan semestinya merupakan kebutuhan primer yang mutlak harus ada. Semakin banyak tersedia server content domestik, semakin banyak pilihan sumber informasi, maka semakin besar kemungkinan orang meng-akses-nya, semakin tinggi trafik komunikasi, semakin banyak diperlukan saluran menuju server, sehingga semakin berkurang beban persaingan bisnis saluran di antara operator.
Setidaknya dengan konten yang memang berasal dari domestik maka bisa dipastikan bahwa konten yang diakses akan murah, belum lagi bila semakin banyak dan beragamnya ketersediaan konten yang mampu membuat persaingan antar konten semakin sengit dan tentunya menurunkan harga konten.

Memilih 3G atau WiMAX

Jaringan 3G saat ini merupakan jaringan telepon selular yang siap untuk melayani transfer data ( Data over Voice network ) dengan GPRS, EDGE atau HSDPA dan HSUPA-nya. Sedangkan WiMAX sebagai jaringan “selular PC” juga sudah siap untuk melayani percakapan ( Voice over IP/Data network ). Apapun jenis terminal di sisi pelanggan, apakah itu sebuah Laptop, PDA, atau pun Handphone, semuanya bisa dilengkapi dengan interface teknologi WiFi, WiMAX, modem HSDPA, atau sekedar modem CDMA/GSM biasa untuk bisa menelepon dan/atau mengakses internet. Ini berarti bahwa persaingan di dalam bisnis terminal-devices ini akan berlangsung biasa-biasa saja dan berkisar pada tiga jenis terminal yaitu Handphone, PDA, dan Laptop yang secara alamiah sudah terkelompok kelas harganya. Pertanyaannya: nyamankah mengakses Internet menggunakan sebuah handphone? Atau, nyamankah menelepon menggunakan sebuah laptop? Bagaimana pula bila melakukan keduanya menggunakan PDA? Tentunya selera dan daya beli pelanggan yang paling menentukan semaraknya bisnis terminal-devices ini.
Persaingan yang mungkin lebih seru adalah dalam bisnis sewa saluran atau infrastruktur jaringan. Untuk apa pelanggan menyewa saluran atau dalam kata lain, layanan apa yang diminta pelanggan? Voice atau Data? Menelepon atau akses Internet?

Jaringan 3G menawarkan layanan komunikasi voice yang sangat baik karena jaringan ini memang dirancang untuk melayani voice ( percakapan lewat telepon ) dengan sejarahnya yang lebih dari 100 tahun. Sedangkan untuk layanan data, kecepatan akses yang saat ini mampu disediakan adalah hingga cuma sekitar 6 Mbps. Sebaliknya, WiMAX mampu menyediakan saluran dengan kecepatan data hingga 40 Mbps dan layanan percakapan VoIP yang kualitasnya tidak akan menyamai percakapan melalui jaringan telepon, terutama pada kondisi trafik padat. Jaringan telepon sudah menjadi standarisasi kualitas percakapannya, sedangkan VoIP masih dalam studi dan uji kualitas dari berbagai pihak penelitian. Bila bandwidth terbatas dan trafik tinggi, maka suara yang dihasilkan oleh VoIP akan mengalami putus-putus. Kesimpulannya, 3G memang lebih baik untuk menelepon tapi kurang cepat dan nyaman untuk akses Internet, sedangkan WiMAX memang lebih baik untuk akses Internet, tapi bisa kurang baik untuk menelepon. Apabila kedua produk teknologi ini diterapkan di kawasan kota/metropolitan secara berdampingan, maka akan terjadi persaingan yang sangat seru dalam perebutan pelanggan karena keduanya menawarkan jasa layanan yang sama, yaitu voice dan data.
Saat ini konsumen memang menikmati layanan koneksi internet dengan kapasitas besar seperti WiFi yang berada di kantor, di kampus maupun pusat aktifitas seperti mall. Tapi apakah konsumen memang akan menggunakan koneksi internet dengan kapasitas besar yang benar-benar mobile? Setidaknya kita tidak perlu berada dilingkungan yang terdapat layanan WiFi untuk koneksi internet dengan kapasitas besar, cukup dirumah atau dijalan kita bisa melakukan koneksi internet dengan kapasitas besar asalkan tersedia layanan WiMAX. Yang perlu dikaji adalah jangan-jangan konsumen memang hanya butuh koneksi internet kapasitas besar pada waktu-waktu tertentu dan pada tempat-tempat tertentu saja. Mungkin saja konsumen belum membutuhkan internet dengan kapasitas besar disegala tempat. Sedangkan untuk koneksi internet dengan kapasitas kecil bisa menggunakan layanan 3G.

Sehingga semua itu kembali kepada konsumen selaku pengguna teknologi. Ada beberapa yang merasa enjoy untuk menggunakan 3G tapi ada pula yang merasa WiMAX lebih terasa manfaatnya untuk berbagai aktivitas. Sepertinya masih banyak yang harus dilakukan untuk menguji kelayakan investasi untuk WiMAX. Setidaknya agar investasi ini tidak menjadi sia-sia layaknya investasi pada geneasi sebelumnya.


Ikhtisar
1. Perlu Regulasi untuk mendukung kompetisi WiMAX yang kondusif
2. WiMAX bisa bernasib seperti 3G
3. Layanan 3G cocok untuk telepon sedangkan WiMAX lebih cocok koneksi internet
4. Butuh studi kelayakan investasi WiMAX

Bima Indra Gunawan
0706173490
Manajemen Telekomunikasi
Fakultas Teknik Elektro

Tidak ada komentar: