Jumat, November 14, 2008

Krisis Ekonomi mulai berdampak ke Bisnis Telekomunikasi

Kalo pada tulisan sebelumnya, saya lebih banyak berpendapat bahwa krisis ekonomi global yang sekarang terjadi ini belum terlalu berpengaruh terhadap bisnis telekomunikasi. Mungkin contoh yang paling nyata terjadi di Indonesia, bahkan B-TEL yang merupakan salah satu anak perusahaan grup Bakrie, merupakan perusahaan telekomunikasi yang kuat dari sisi keuntungan dan modal. Tapi apa yang terjadi? Pasar saham membuktikan bahwa nilai saham BTEL sekarang menyentuh angka Rp 68,- , Angka yang fantastik bukan ? sepertinya orang bukan melihat dari keadaan perusahaannya, tapi lebih melihat sosok pemiliknya.

Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, bahwa bisnis telekomunikasi tidak begitu berpengaruh apabila krisis ekonomi global hanya terjadi dua sampai tiga bulan saja. Tapi tentunya akan berbeda apabila krisis terjadi dalam beberapa bulan bahkan sampai hitungan tahun.

Di Indonesia, dampak yang paling dirasakan adalah dari sisi vendor atau subkontraktor. Kenapa ? banyak dari vendor telekomunikasi yang pembayarannya tidak lancar akibat operator yang kehabisan modal(investor pada lari...!!). Bahkan yang saya tahu beberapa subkontraktor malah sudah punya piutang kepada operator sebesar 2.5 M. Yup 2.5 Miliar untuk subkontraktor kecil, bisa jadi itu merupakan setengah dari modalnya atau bahkan seluruh modalnya habis untuk memodalkan suatu proyek di satu operator. Wah bisa-bisa semakin banyak nih subkontraktor yang tutup buku sebelum akhir tahun ini selesai.

Dampak di luar negeri juga sudah terlihat jelas, Dimulai dari pernyataan resmi dari British Telecom, sebuah perusahaan raksasa telekomunikasi yang akan mem-PHK-an karyawannnya sebanyak 10.000 orang pada bulan Maret tahun 2009 untuk mengurangi beban biaya yang begitu tinggi.

Sedangkan operator terkenal asal Inggris Vodafone juga akan mengumumkan untuk merumahkan karyawannya pada minggu depan (17 Nov 2009 )untuk mengurangi pembebanan biaya. Diperkirakan jumlah karyawan yang dikurangi sebesar 20% dari total yang ada diseluruh Eropa.Meskipun mengalami EBITDA yang naik 10% dengan pendapatan 11 miliar USD dan kenaikan penjualan sebesar 17% dengan pendapatan 31 miliar USD tapi perusahaan tidak yakin dengan kondisi sekarang yang akan membuat penjualan menurun.

Bahkan vendor sekelas NSN ( Nokia Siemens Network ) berencana untuk mengurangi armada nya pada akhir tahun ini. Kemungkinan sekitar 9000 karyawan akan diPHK agar perusahaan dapat menghasilkan pendapatan 2.5 miliar USD pada akhir tahun 2009. Laporan keuangan dari NSN sendiri mengalami kerugian pada quarter ketiga tahun ini sebesar 1.5 miliar USD, meskipun pendapatan mengalami kenaikan sebesar 5.4 USD.

Sangat menakjubkan bukan? Bagaimana kondisi di negara lain? mungkin bagi anda yang pekerjaannya sebagai engineer telco biasanya bekerja di negara luar dengan pendapatan yang wah, bisa memberikan sedikit komentar di negara tersebut ?

Semoga krisis ini segera berakhir atau malah beralih ke bisnis yang lebih islami.

Bima Indra Gunawan
Mahasiswa Manajement Telco
Universitas Indonesia

1 komentar:

Anonim mengatakan...

harga saham Rp 68 ko fantastik saham gorengan itu :)